Welcome, Baby Mirza!
Alhamdulillah, akhirnya saya berhasil melewati momen melahirkan yang cukup lama ditunggu dan penuh drama. Mulai dari kontraksi palsu yang mengharuskan saya bermalam di rumah sakit selama 2 hari sampai pembukaan yang mentok di dua. Semua proses tersebut saya lewati dengan tidak mudah terlebih lagi tidak ada sosok ibu yang mendampingi.
Kamis malam sekitar pukul 20.35 WIB bayi laki-laki yang tinggal dalam perut saya selama hampir 11 bulan lahir melalui operasi sesar. Wow! Ini kali pertama bagi saya berhadapan dengan ruang operasi dan peralatan operasi di dalamnya seorang diri tanpa didampingi suami. Meskipun kali pertama masuk ruang operasi namun jauh sebelumnya saya sudah mempersiapkan mental agar berani.
Saya tahu kalau ada kemungkinan saya melahirkan secara sesar, saya harus berani mengingat perjuangan mama yang bolak balik masuk ruang operasi rasanya tidak ada apa-apanya dengan yang saya jalani. Meskipun begitu tidak bisa dipungkiri kalau rasa takut, rasa sedih, rasa khawatir berkecamuk dalam benak saya saat proses operasi berlangsung.
Mirza, Anak Baik Kiriman Tuhan yang Maha Baik
Bayi laki-laki kami beri nama R. Muhammad Mirza Saputra nama sederhana yang mudah untuk diingat. Nama Muhammad memang sengaja kami sematkan diawal karena suami berpesan kalau anaknya kelak harus memiliki nama Muhammad berharap tingkah lakunya kelak bisa mencontoh beliau yang begitu mulia.
Kalau Mirza memang pilihan saya yang artinya baik, saya pilih nama Mirza agar dia kelak menjadi anak yang baik. Sedangkan Saputra adalah nama akhirnya suami, alasan pemberian nama Saputra diakhir namanya agar dia ingat kalau dia anak bapaknya dan wajib menjaga nama baik kedua orang tuanya.
Mirza lahir pada tanggal 14 September 2017 dengan proses sesar yang penuh perjuangan karena dilakukan secara mendadak. Ceritanya waktu itu sejak dua hari sebelumnya saya sudah merasakan kontraksi yang lumayan sakit. Saat diperiksa oleh ibu bidan ternyata saya sudah masuk pembukaan satu, sesakit ini masih pembukaan satu.
Akhirnya saya diantar mbak sepupu berangkat menuju tempat praktek ibu bidan, sampai disana saya diperiksa dan ternyata baru masuk pembukaan dua. Karena sudah tidak tahan sakit akhirnya ibu bidan memberi saran agar saya dirujuk ke rumah sakit. Ternyata meskipun memiliki badan bongsor tapi pinggul saya sempit sehingga kepala bayi tidak bisa masuk ke panggul.
Mengingat punya pengalaman yang kurang menyenangkan saat dirawat di rumah sakit saya dan suami memutuskan untuk melahirkan di sebuah klinik bersalin di kota Bangkalan. Jam 6 sore kami berangkat menuju klinik setelah menyelesaikan administrasi saya mulai ditangani oleh perawat. Saya disuruh lepas pakaian dan menggunakan sarung kemudian tangan kanan saya dipasang selang infus dan saya kembali harus menggunakan kateter.
Menurut informasi dari perawat kalau operasinya akan dimulai jam 8 malam, sambil menunggu operasi dimulai saya ditemani suami dan ibu mertua sambil mengobrol untuk menghilangkan rasa tegang. Waktu pun berjalan akhirnya operasi di mulai, ruang operasi yang begitu dingin menyambut kedatangan saya.
Lalu saya dipindahkan ke bed operasi yang ukurannya sempit, posisi kedua tangan dibuka lebar. Lengan kanan dipasang alat rekam detak jantung dan infus sedangkan lengan kiri dipasang tensi darah. Selama di dalam ruang operasi saya mencoba untuk bisa tenang dan tidak panik sambil terus berdzikir memohon kekuatan dari Allah.
Beberapa menit kemudian dokter anestesi datang dan meminta saya untuk miring ke sebelah kiri, dokter memberitahu saya kalau akan disuntik. Jarum suntik pun akhirnya menembus punggung saya, rasanya sakit campur nyilu tapi tetap saja saya berusaha untuk tidak panik dan terus dzikir. Tiba-tiba mulai dari ujung kaki sampai dada terasa dingin dan mati rasa.
Setelah itu dokter kandungan datang dan mulai melakukan operasi, karena ditutup dengan penyekat kain jadinya saya tidak bisa melihat saat perut dibedel-bedel. Cuma yang cukup menyiksa adalah rasa mual yang luar biasa hebat selama proses operasi, ternyata rasa mual tersebut muncul karena sebelumnya saya tidak puasa.
Sambil menahan rasa mual dan harus tetap sadar menjadi perjuangan yang tidak mudah, sesekali perawat memanggil nama saya agar tetap sadar dan terjaga. 15 menit kemudian akhirnya Mirza keluar dari dalam perut, kulitnya kemerahan hal tersebut yang pertama saya ingat saat melihatnya.
Entah kenapa saat Mirza lahir saya tidak menangis, mungkin waktu itu perasaan saya sudah memuncak bercampur sedih, haru dan bahagia. Disatu sisi saya ingat mama yang sedang sakit dan disisi lain saya terharu karena sudah menjadi ibu. Seketika itu di dalam hati saya berujar, “Ma, terima kasih ya karena mama aku bisa merasakan indahnya menjadi ibu..”.
Sekitar jam 9 malam saya baru bisa keluar dari ruang operasi dengan keadaan setengah sadar akibat pengaruh obat bius. Disitulah saya mulai muntah sampai 10 kali rasanya cukup menyiksa mual sambil menahan perut yang mulai sakit akibat pengaruh obat bius yang mulai menghilang. Malam itu juga Mirza dirawat satu ruangan dengan saya.
Keesokan harinya saya mulai sadar sepenuhnya, saat itu juga saya mulai belajar untuk miring ke kanan dan ke kiri. Rasanya sakit, perih, panas dan berat sekali tapi saya paksa untuk bisa karena saya harus cepat pulih supaya bisa merawat Mirza dan mama. Ini kali pertama bagi saya masuk ke ruang operasi dan mempunyai bekas sayatan pisau operasi sepanjang 10 cm.
Semua perjuangan dan pengorbanan tersebut bisa terbayar lunas dengan hadirnya Mirza si anak bayi. Bahagia tidak terkira, akhirnya bisa merasakan juga beratnya melahirkan seorang bayi meskipun harus berjuang di meja operasi. Perjalanan masih panjang, semoga saya dan suami bisa amanah menjadi orang tua. Mendidik serta menemani Mirza sampai dia dewasa nanti, mempertanggung jawabkan semuanya dihadapan Allah kelak.
9 komentar
Selamat ya....semoga baby Mirza sehat dan Sholeh...
BalasHapusAku dulu juga hampir masuk 10 bulanan..induksi yg sakitnya wow banget.. akhirnya berujung meja operasi..
Mirza umur 11 bulan? Alhamdulillah dirimu dan bayi selamat ya. Sekarang waktunya memberikan yang terbaik buat Mirza.
BalasHapusWow.. mirza 11 bulan ya di kandungan.. alhamdulillah skrg yang penting bayi sehat!! Welcome dede mirza
BalasHapusAlhamdulillah semua perjalanan panjang itu akhirnya membawa kebahagiaan sebagai orang tua baru. Selamat sekali lagi untuk kalian berdua. Semoga amanah. Aamiin :)
BalasHapusBarakallah mba Riska semoga ananda Mirza menjadi anak yang Soleh amin
BalasHapusAlhamdulillah, selamat, Mbak Rizka. Moga Dedek Mirza jadi anak yang sholeh. :D
BalasHapusDuh, manisnya Nak Mirza. :D MOga jadi anak yang sholeh. Selamat ya, Mbak ?
BalasHapusSelamat ya Mba utk kehadiran Baby Mirza. Proses kelahiran Mirza sama persis dg proses kelahiran anak pertama saya. Pembukaan ngga nambah2 dan kelamaan nunggu di RS sampai ketuban nyaris kering. Akhirnya krn detak jantung bayi yg makin melemah, dilakukan sesar. Setelah sesar, saya muntah muntah hebat dan nyaris hilang kesadaran. Alhamdulillah msh bisa diselamatkan dokter.
BalasHapusSelamat, ya. Semoga Mirza menjadi anak yang shaleh. :)
BalasHapusJangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.
Terima Kasih.