Stigma tentang anak tunggal yang beredar di masyarakat luas memang tidak mengenakkan ya. Sering kali saya sebagai anak tunggal mendapat penilaian seperti itu, manja, egois, tidak bisa di andalkan dan semua hal negatif lainnya. Saya akui menjadi satu satunya anak di dalam keluarga membuat saya tidak perlu repot repot lagi untuk mendapat perhatian orang tua.
Semua hal yang saya inginkan mudah untuk dikabulkan oleh orang tua, tinggal tunjuk aja, hehe. Kalau sampai keinginan saya tidak dikabulkan waktu itu juga saya pasti jatuh sakit kata ibu saya. Belum lagi kalau saya sedang di sekolah, dulu itu saya punya dua orang sahabat dan sama sama anak tunggal. Kami bertiga "Merajai" sekolah, tempat les pun sama, kemana mana kami selalu bersama dan dimana saja selalu menyebalkan bagi orang orang di sekitar. :D
Ke dua orang tua beserta keluarga sampai kewalahan menghadapi tingkah laku saya yang manja dan egois pada saat itu. Hingga saya tiba di fase dimana kehidupan yang mendidik saya, mulai dari mengenal Allah, terjun ke dalam dunia kerja dan dipercaya untuk menghadapi cerita kehidupan yang sangat sulit.
Namun, sebagai anak tunggal saya sadar bahwa kelak suatu hari nanti saya akan hidup sendiri tanpa kedua orang tua yang siap memberikan segalanya. Saya tidak boleh seperti ini terus, saya harus berubah, saya harus berani dan saya harus bisa di andalkan dalam segala hal.
Saya punya prinsip, kalau saya sedang berada di luar rumah tanpa di perintah saya akan bersikap tanggap, penuh simpati, cepat dan berani. Sedangkan bila di dalam rumah bersama orang tua, saya memilih bermanja manja kepada mereka. Prinsip ini juga saya bawa ketika saya sedang menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis.
Sungguh prinsip itu otomatis berjalan sendiri ketika saya sedang sendiri, tanpa disuruh saya akan berbaur, menyapa, membantu, mendengarkan dan memahami sekitar. Bagi saya jika masih ada orang yang sayang pada saya semuanya pasti baik baik saja, karena saya percaya pada mereka sepenuhnya.
Dampak buruknya yang terasa saya terkadang sedikit kebablasan kembali manja, egois dan sedikit emosian. Tapi sungguh bila jauh dari mereka saya berubah menjadi pribadi yang lain, hehe. Saya siap kehilangan apa saja tapi rasanya saya masih belum kuat bila kehilangan orang orang yang saya sayangi dan menyayangi saya.
Sikap manja dari seorang anak tunggal sepertinya sudah mendarah daging dalam diri saya, maksudnya tidak bisa hilang begitu saja apalagi saya ini perempuan. Harusnya menjadi perempuan bukan lah alasan untuk menjadi manja kan ? tapi bukan kah kodrat perempuan itudimanja eh dilindungi. :D
Bersyukurnya saya dipercaya untuk bisa berkumpul dengan ke dua orang tua dan pasangan yang extra sabar. Kehidupan mengantarkan saya pada keadaan seperti ini, kalau mau menengok ke belakang jalan yang dilewati terjal sekali. Namun, saya sadar semua ini masih belum berakhir hingga saya mampu memahami semua di dunia ini dengan sederhana.
Semua hal yang saya inginkan mudah untuk dikabulkan oleh orang tua, tinggal tunjuk aja, hehe. Kalau sampai keinginan saya tidak dikabulkan waktu itu juga saya pasti jatuh sakit kata ibu saya. Belum lagi kalau saya sedang di sekolah, dulu itu saya punya dua orang sahabat dan sama sama anak tunggal. Kami bertiga "Merajai" sekolah, tempat les pun sama, kemana mana kami selalu bersama dan dimana saja selalu menyebalkan bagi orang orang di sekitar. :D
Ke dua orang tua beserta keluarga sampai kewalahan menghadapi tingkah laku saya yang manja dan egois pada saat itu. Hingga saya tiba di fase dimana kehidupan yang mendidik saya, mulai dari mengenal Allah, terjun ke dalam dunia kerja dan dipercaya untuk menghadapi cerita kehidupan yang sangat sulit.
Namun, sebagai anak tunggal saya sadar bahwa kelak suatu hari nanti saya akan hidup sendiri tanpa kedua orang tua yang siap memberikan segalanya. Saya tidak boleh seperti ini terus, saya harus berubah, saya harus berani dan saya harus bisa di andalkan dalam segala hal.
Saya punya prinsip, kalau saya sedang berada di luar rumah tanpa di perintah saya akan bersikap tanggap, penuh simpati, cepat dan berani. Sedangkan bila di dalam rumah bersama orang tua, saya memilih bermanja manja kepada mereka. Prinsip ini juga saya bawa ketika saya sedang menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis.
Sungguh prinsip itu otomatis berjalan sendiri ketika saya sedang sendiri, tanpa disuruh saya akan berbaur, menyapa, membantu, mendengarkan dan memahami sekitar. Bagi saya jika masih ada orang yang sayang pada saya semuanya pasti baik baik saja, karena saya percaya pada mereka sepenuhnya.
Dampak buruknya yang terasa saya terkadang sedikit kebablasan kembali manja, egois dan sedikit emosian. Tapi sungguh bila jauh dari mereka saya berubah menjadi pribadi yang lain, hehe. Saya siap kehilangan apa saja tapi rasanya saya masih belum kuat bila kehilangan orang orang yang saya sayangi dan menyayangi saya.
Sikap manja dari seorang anak tunggal sepertinya sudah mendarah daging dalam diri saya, maksudnya tidak bisa hilang begitu saja apalagi saya ini perempuan. Harusnya menjadi perempuan bukan lah alasan untuk menjadi manja kan ? tapi bukan kah kodrat perempuan itu
Bersyukurnya saya dipercaya untuk bisa berkumpul dengan ke dua orang tua dan pasangan yang extra sabar. Kehidupan mengantarkan saya pada keadaan seperti ini, kalau mau menengok ke belakang jalan yang dilewati terjal sekali. Namun, saya sadar semua ini masih belum berakhir hingga saya mampu memahami semua di dunia ini dengan sederhana.
0 komentar
Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.
Terima Kasih.