Juguran Blogger Banyumas, Mengelilingi Desa Wisata Kalisari
Perjalanan menuju Banyumas untuk mengikuti acara Juguran Blogger adalah pengalaman pertama untuk saya. Namun acara ini adalah pengalaman kedua kalinya bagi pasangan saya, sebelumnya dia pernah mengikuti acara Juguran Blogger Banyumas ini pada tahun 2012 lalu bersama teman-teman komunitas Blogger Plat-M lainnya. Seperti pada acara sebelumnya tahun ini perwakilan blogger Banyumas mengajak Plat-M untuk bergabung dalam acara ini. Ada 50 seat peserta yang disediakan oleh panitia, ketika Mas Wahyu men-share banner acara di grup WhatsApp semua teman-teman merasa tertarik dan antusias untuk ikut. Tapi karena jadwal acara yang berbenturan dengan beberapa kegiatan yang lain akhirnya dari perwakilan Plat-M hanya saya dan pasangan yang bisa berangkat.
Jum’at pagi tepatnya tanggal 13 Mei kemarin kami berdua berangkat dengan menggunakan kereta api dari stasiun Gubeng Surabaya menuju stasiun Purwokerto. Selama di perjalanan menuju Purwokerto saya yang paling semangat dan antusias sekali. Saya membayangkan bisa bertemu dan berkumpul bersama banyak blogger dari berbagai daerah yang ada di Jawa.
Perasaan khawatir dan nerveous sempat saya rasakan, ini kali pertama saya kumpul dengan blogger-blogger. Tapi saya berusaha menepis semua perasaan tersebut, ini kesempatan langka dan saya tidak boleh melewatkan dengan perasaan tidak percaya diri. Akan ada banyak ilmu dan pengalaman yang didapat nanti terutama mendapat teman-teman baru. Kereta api ekonomi Logawa membawa kami berdua dalam perjalanan panjang selama 9 jam lamanya.
Hari Pertama Tiba di Kota Purwokerto, Bahagia Rasanya!
Setelah melewati perjalanan panjang akhirnya kami berdua sampai di stasiun Purwokerto, di stasiun inilah kami akan dijemput oleh panitia sesuai rundown acara yang ada di email. Jam menunjukkan pukul enam sore, Kota Purwokerto mulai gelap. Ketika tiba di Purwokerto rasa bahagia meliputi hati saya, maklum saja ini kali pertama saya pergi ke Purwokerto, kali pertama melakukan perjalanan jauh tanpa ditemani kedua orang tua, hehehe.
Dengan menggendong tas besar berisi pakaian selama 3 hari nanti kami berlari turun dari gerbong kereta api dengan penuh semangat. Teman-teman panitia Juguran Blogger Banyumas sudah menunggu di depan sebuah kafe dekat stasiun untuk menjemput kami dan peserta lainnya. Setelah menunggu selama 15 menit Mas Pradna salah satu panitia datang menjemput dengan mobil
Di dalam mobil ternyata sudah ada satu peserta lainnya, seorang blogger terkenal dengan banyak prestasi yakni mbak Anaz. Setelah bersalaman dan berkenalan kami berempat berangkat melanjutkan perjalanan dengan mobil. Malam itu Kota Purwokerto baru selesai turun hujan dan cuaca menjadi cukup dingin. Rasa lelah setelah melalui perjalanan panjang membuat saya tertidur di dalam mobil, setelah tiba di stasiun kami masih harus melanjutkan perjalanan menuju Desa Kalisari.
Baca Juga : Juguran Blogger, Persiapan Keberangkatan Hingga Manfaat Travelling Bersama Pasangan
Baca Juga : Juguran Blogger, Persiapan Keberangkatan Hingga Manfaat Travelling Bersama Pasangan
Wisata Pengetahuan Desa Kalisari dan Tampannya Kepala Desa
Perjalanan menuju Desa Kalisari dari stasiun Purwokerto membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Sekitar pukul tujuh malam kami berempat tiba di Desa Kalisari, desa ini merupakan desa pertama tempat Juguran Blogger Banyumas berlangsung. Sesuai rundown acara kami semua akan bermalam selama satu malam di desa ini dan keesokan harinya semua peserta akan diajak keliling Desa Kalisari.
Para peserta dan panitia Juguran Blogger akan bermalam di rumah penduduk desa, ada dua rumah penduduk yang sudah disediakan masing-masing untuk perempuan dan laki-laki. Sebelum diantar ke rumah salah satu penduduk yang akan ditempati bermalam peserta perempuan, kami berkumpul terlebih dahulu di tempat menginap peserta laki-laki. Benar saja, disana saya kembali nerveous dan gugup di dalam rumah sudah ada 15 blogger dan semua itu laki-laki hanya mbak Atanasia Rian yang sudah saya kenal sebelumnya.
Dari 50 blogger yang mendaftar ternyata yang bisa hadir dan mengikuti acara Juguran Blogger sekitar 20 peserta bersama panitia. Dari 20 orang tadi, peserta perempuannya cuma 4 orang saja termasuk saya dan satu panitia perempuan. Meskipun begitu tidak mengurangi sedikitpun kemeriahan acara Juguran Blogger sampai selesai.
Di rumah itu kami semua berkumpul, meskipun saya masih merasa asing ada ditengah-tengah mereka karena tidak ada satupun yang saya kenal kecuali mbak Rian dan jelas pasangan sendiri. Malam itu kami disuguhi makan malam khas Desa Kalisari, menu makanan sederhana tapi yang membuat tidak sederhana itu karena ada tahu goreng khas Kalisari dan Tempe Mendoan yang memang sudah terkenal menjadi panganan khas dari Purwokerto.
Obrolan dan guyonan kami malam itu semakin seru ketika teman-teman membicarakan sosok kepala desa Kalisari yang memiliki wajah tampan. Seorang kepala desa yang berusia cukup muda bernama Bapak Ardan Aziz. Serius, saya kaget sekali ternyata peserta Juguran Blogger ini banyak yang jahil dan kocak. Beberapa jam berkumpul dengan mereka semua saya sudah mulai bisa merasa nyaman meskipun belum kenal satu persatu.
Hangatnya tahu goreng Kalisari, tempe mendoan dan lalapan sayur membuat rasa lapar saya menjadi hilang dan berganti kenyang. Maklum saja, perjalanan jauh membuat saya lapar sekali belum lagi cuaca dingin Desa Kalisari setelah guyuran hujan. Pukul 9 malam, waktunya peserta perempuan untuk kembali ke rumah dan beristirahat.
Keesokan paginya saya, mbak Rian dan mbak Anaz bangun dengan kondisi tubuh yang sudah fresh dan siap berpetualang. Saat sarapan pagi kami kembali disuguhi tahu Kalisari, benar saja desa Kalisari merupakan produsen tahu kuning terkenal di Purwokerto. Hari itu adalah jadwal kami untuk pergi melihat langsung proses pembuatan tahu Kalisari dan kerupuk ampas tahu.
Bukan Hanya Tahu Kalisari Tapi Kerupuk Ampas Tahu!
Dengan menaiki bus berukuran sedang, 20 orang berangkat menuju tempat pertama menuju salah satu rumah penduduk yang membuat Kerupuk Ampas Tahu. Desa Kalisari ini tidak hanya terkenal dengan tahu kuningnya yang gurih tapi juga kerupuk ampas tahu juga menjadi favorit. Semua peserta Juguran Blogger antusias melihat proses pembuatan kerupuk ampas tahu ini.
Ternyata di desa Kalisari penduduk yang memproduksi tahu dan kerupuk ampas tahu dikelompokkan dalam beberapa grup yang diperhatikan langsung oleh perangkat desa setempat. Jadi, bisa dikatakan usaha rumahan ini juga menjadi mata pencaharian penduduk desa Kalisari. Menurut penjelasan dari bapak Ardan selaku kepala desa Kalisari yang menemani kami berkeliling, ada sekitar 240 pengrajin tahu.
Kerupuk Ampas Tahu ini pertama kali ditemukan oleh Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang kemudian dijadikan usaha rumahan oleh penduduk desa Kalisari. Cara pembuatan kerupuk ampas tahu ini masih menggunakan cara manual tanpa dibantu oleh mesin supaya bisa menghasilkan kerupuk ampas tahu yang gurih dan lezat. Cara ini juga digunakan oleh bapak Suwardi dan istri yang merupakan salah satu produsen kerupuk ampas tahu.
Menurut bapak Suwardi, pembuatan kerupuk ampas tahu masih menggunakan cara tradisional karena jika menggunakan mesin maka biaya operasional akan membengkak. Cara membuat kerupuk ampas tahu sebenarnya sama dengan cara membuat kerupuk pada umumnya. Kendalanya pun juga sama yakni pada cuaca, jika cuaca cerah dan matahari bersinar terang maka kerupuk akan cepat kering.
Kerupuk ampas tahu ini sudah dijual ke beberapa daerah di Purwokerto dan luar Purwokerto seperti Banjarnegara, Purbalingga dan Cilacap. Setelah satu jam lebih kami melihat proses pembuatan kerupuk ampas tahu dan mengobrol bersama bapak Suwardi akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju tempat kedua. Tidak lupa tiga bungkus besar kerupuk ampas tahu kami bawa pulang sebagai oleh-oleh pemberian bapak kepala desa.
Tahu Kuning Kalisari, Gurih dan Bertekstur Padat
Tempat wisata selanjutnya di desa Kalisari adalah rumah salah satu warga yang menjadi produsen tahu Kalisari. Sejak semalam tiba di desa ini dan dua kali disuguhi makanan dengan menu tahu, saya sudah penasaran ingin melihat langsung proses pembuatannya. Tahu kuning Kalisari ini enak sekali, rasanya gurih dan teksturnya lebih padat bila dibandingkan dengan tahu kuning lainnya.
Hingga akhirnya bus pun berangkat membawa kami semua, berjarak tidak sampai satu kilometer kami tiba di tempat wisata kedua. Usut punya usut ternyata salah satu rumah penduduk yang memproduksi tahu ini adalah rumah bapak kepala desa. Di sebuah ruangan khusus yang terletak bersebelahan dengan rumah yang berukuran tidak terlalu besar itu tahu kuning gurih dibuat.
Ada sekitar lima orang pekerja yang berada di dalam ruangan, mereka semua sedang sibuk membuat tahu saat rombongan blogger datang dan masuk untuk melihat. Karena ruangan tempat membuat tahu tidak terlalu besar, bapak Ardan selaku kepala desa menyarankan untuk bergantian masuk. Melihat proses pembuatan tahu kuning Kalisari sebenarnya tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan tahu lainnya.
Kami masuk ke dalam ruangan ditemani oleh salah satu penduduk sambil menjelaskan cara pembuatan tahu secara detail. Akhirnya dari penjelasan yang saya terima, tahu kuning Kalisari bisa memiliki tekstur yang lebih padat karena di press sebanyak dua kali. Bukan menggunakan campuran Formalin, sama sekali tidak ada. Semua bahan yang digunakan terbuat dari bahan-bahan alami termasuk pewarna tahu yang berasal dari kunyit.
Setelah puas melihat proses pembuatan tahu, kami keluar dari ruangan sambil bergantian dengan teman-teman lainnya. Kemudian bapak Ardan mempersilahkan kami untuk duduk di ruang tamu rumah beliau. Ternyata di ruang tamu sudah disediakan sepiring tahu kuning yang sudah digoreng, langsung saja kami berebut mengambil tahu sambil malu-malu, hehehe.
Di ruang tamu itulah kami semua kembali bercanda dan mengobrol, sesekali kali kami membully bapak Ardan yang ternyata masih pengantin baru. Bapak Ardan, sosok kepala desa yang baik dan bisa dekat dengan teman-teman blogger, selama di desa Kalisari kami semua disambut dan dilayani dengan sangat baik dan nyaman.
Bukan Hanya Tahu, Desa Kalisari Memiliki Pusat Biogas
Setelah puas melihat proses pembuatan tahu, mengobrol dan bercanda sambil menikmati tahu kuning goreng, rombongan blogger kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata ketiga. Tempat wisata ketiga masih berada di kawasan desa Kalisari yakni pusat Biogas desa. Jaraknya juga dekat dari rumah bapak Ardan, tidak sampai dua menit perjalanan.
Desa Kalisari memang memiliki luas yang tidak terlalu besar tapi kalau saya perhatikan desa ini memiliki banyak potensi terutama dalam pembuatan tahu yang sudah menjadi mata pencaharian sebagain besar penduduk. Sebelum sampai di pusat Biogas kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama di Monumen Tahu desa Kalisari yang sudah berdiri sejak tahun 1990.
Hari mulai terasa semakin panas dan kami langsung menuju pusat Biogas dengan berjalan kaki melewati persawahan. Setelah sampai di pusat Biogas langsung saja bau busuk tercium dari hidung kami masing-masing. Bau busuk itu berasal dari limbah cair sisa proses pembuatan tahu, kemudian dari rumah pembuat tahu dialirkan melalui pipa-pipa yang tersedia dan dikumpulkan pada satu bak yang besar untuk diendapkan.
Dalam bak kedua terdapat ribuan bakteri yang ditempatkan pada bambu, bakter-bakteri tersebut memakan ampas tahu yang berasal dari limbah cair tadi. Kemudian bakteri-bakteri tersebut mengeluarkan gas yang digunakan menjadi Biogas. Setelah itu sisa air limbah disaring beberapa kali hingga tidak lagi mencemari lingkungan desa.
Menurut informasi dari bapak Ardan, Biogas yang dihasilkan ini digunakan semua penduduk desa Kalisari dengan cukup membayar biaya sebesar 15 ribu saja. Jauh lebih hemat bila membeli gas biasanya, apalagi selain digunakan untuk memasak sehari-hari Biogas menjadi bahan bakar pembuatan tahu dan kegiatan dapur lainnya.
Balik Ke Balai Desa Kalisari dan Kembali Makan Tahu!
Perjalanan wisata di desa Kalisari akhirnya selesai juga, tiba waktunya kembali ke balai desa untuk sholat dan makan siang. Lagi-lagi tahu goreng menjadi menu makan siang kami, pokoknya selama berada di Kalisari kami semua kenyang makan tahu, hahaha. Oh iya, saya sampai lupa desa Kalisari punya salam khusus lho yakni salam tahu!.
Setelah sholat Dzuhur dan makan siang, saatnya berkumpul bersama penduduk desa untuk menghadiri kegiatan pentingnya penggunaan internet untuk usaha rumahan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pandi.id dan balai desa Kalisari, penduduk desa antusias mendengarkan penjelasan dari Pandi. Mereka tertarik untuk bisa menggunakan internet dan mempromosikan tahu Kalisari melalui dunia maya.
Kegiatan wisata pengetahuan di desa Kalisari selama satu hari kemarin sungguh sangat menyenangkan dan memberi kami banyak pengalaman baru. Meskipun capek setelah berkeliling desa tapi kami semua puas apalagi puas makan tahu Kalisari yang gurih sekali. Penduduk desa yang baik dan ramah, bapak Ardan yang begitu memberi perhatian besar pada pembangunan desa serta kesejahteraan penduduknya bisa menjadi contoh untuk desa-desa lainnya.
Sekian cerita pengalaman saya selama berada di desa Kalisari bersama teman-teman Juguran Blogger Banyumas. Sebenarnya satu tulisan saja tidak cukup untuk mewakili semua pengalaman yang sudah saya dapatkan disana. Kalau teman-teman pensaran bisa langsung datang ke desa Kalisari Kecamatan Cilongok Banyumas. Wisata pengetahuan sekaligus wisata makan tahu, terima kasih bapak Ardan, semua penduduk desa sekarang waktunya kami menuju desa Dermaji.
Ada apa di desa Dermaji ? ada horornya, hehehe. Tunggu cerita saya selengkapnya ya di tulisan selanjutnya. :)
9 komentar
Mbak, kalau ada acara di Banyumad dan sekitar colek saya, yaaaa :)
BalasHapusAku di Purbalingga, salam kenal ;)
Langsung hubungi teman-teman Blogger Banyumas aja mbak biar ebih cepat dapat kabar kalau ada event lagi. :)
Hapusterlihat asik sekali min :D
BalasHapusYuhuuu :D
HapusMana..mana pak kades tampannya?? hihi :p
BalasHapusaku juga suka tahu kuning...di goreng garing, di cocol sambel kecap..surgaaa
Foto pak Ardan spesial tak PM langsung buat mbak Ika Puspitasari, hahaha :D
HapusMbak, kalau ada acara di Banyumad dan sekitar colek saya, yaaaa :)
BalasHapusAku di Purbalingga, salam kenal ;)
mungkinkah disana bikin tahu bulat sekrang? hahahah :D
BalasHapusWaduh ... jadi kepengen kesana, meski sederhana tapi memeliki daya tarik tersendiri...
BalasHapusJangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.
Terima Kasih.