Halo teman-teman pembaca setia blog, hehehe. Sebelumnya maafkan sekali kalau saya lama tidak update blog, saya sendiri merasa seperti punya hutang kalau sehari saja tidak menulis. Tapi mau bagaimana lagi persiapan sampai selesainya semua rangkaian acara pernikahan saya kemarin lumayan membuat saya terlena karena bahagia. Pernikahan ? iya betul, sekarang saya sudah resmi menikah alhamdulillah bisa menikah dengan orang yang saya cintai, hehehe.
Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin mengabarkan hal ini langsung di dalam blog, memang benar kata orang-orang di awal pernikahan rasa bahagia kita meningkat tajam 100% ya. Menikah, semua orang pasti mendambakan untuk bisa merasakan momen-momen ini. Utamanya saya dan mas Raden yang kalau kami ingat kembali perjuangan yang sudah dilalui hingga akhirnya diberi kepercayaan untuk membangun rumah tangga bersama.
Dalam beberapa tulisan sebelumnya saya sudah menceritakan cerita perjalanan hubungan kami saat masih berpacaran dulu. Nah, dalam tulisan kali ini saya ingin bercerita dan merangkumnya supaya kelak bisa kembali saya baca. Semoga tidak terkesan sangat curhat tapi sesuai tagline blog ini yakni Berbagi Pengalaman Perjalanan Kehidupan. Saya ingin konsen menulis semua cerita perjalanan hidup saya di dalam blog, semoga bisa.
Pacar Sekaligus Pacaran Pertama Juga Terakhir Kalinya
Pernikahan kami yang terjadi pada hari Jum’at tanggal 16 September 2016 kemarin merupakan bukti keseriusan mas Raden kepada saya. Jujur saja bukan hal mudah dan sebenarnya bukan keinginan kami untuk melewati masa-masa hubungan melalui jalan pacaran. Terlebih lagi di dalam lingkungan saya sangat antipati dengan kata “Pacaran”.
Dulu semasa masih pacaran tidak jarang kami berdua mendapat penilaian yang kurang enak dari banyak orang tidak terkecuali dengan sahabat dekat saya. Dijauhi beberapa orang dekat karena memutuskan untuk pacaran rasanya cukup menyedihkan. Memang betul dalam agama yang saya anut, tidak pernah ada istilah pacaran, kalau memang serius ya nikahi saja, sesederhana itu.
Namun sayang, cerita dan keadaan masing-masing orang berbeda-beda bukan ? seperti yang sudah saya bilang tadi, tidak ada orang di dunia ini yang tidak ingin menikah. Waktu itu kami berdua ingin langsung menikah tanpa berlama-lama pacaran dan membuat dosa. Tapi keluarga kami meminta untuk bersabar dan saling mengenal terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk hidup bersama.
Baca Juga : Cerita Pengalaman Beradaptasi Dengan Keluarga Ningrat
Baca Juga : Cerita Pengalaman Beradaptasi Dengan Keluarga Ningrat
Berat rasanya tapi selama berpacaran kami berdua tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah dan meminta ampun. Teman-teman, apa yang kami rasakan waktu itu tidak semudah barisan kalimat yang kalian baca saat ini. Kami percaya bahwa segala hal di dunia ini tidak ada yang tidak memiliki hikmah dan pelajaran, termasuk pelajaran berharga saat kami sama-sama masih berstatus pacar.
Pelajaran yang paling kami rasakan adalah kami berdua tidak mudah berprasangka dan menilai buruk saat melihat sesuatu yang dianggap salah. Kami tahu betul kalau penilaian buruk itu tidak ada manfaatnya sama sekali utamanya untuk kami berdua. Pasti ada alasan kuat kenapa seseorang harus berbuat salah, kenapa seseorang tetap memilih hal-hal yang tidak mereka inginkan.
Selama pacaran saya dan mas Raden belajar banyak hal terutama tentang persiapan jika kelak sudah menikah dan berumah tangga. Kondisi mas Raden yang sejak beberapa tahun terakhir tinggal sendiri dan berpisah dengan kedua orang tuanya memudahkan saya untuk membantunya mengelola keperluan sehari-hari bahkan saat dia ingin membeli sebuah barang yang harganya cukup mahal. Bukan hanya itu saja, susah senang kami lewati bersama meskipun memang ada beberapa batasan yang belum bisa sepenuhnya bisa saya bantu.
Sampai cerita kehilangan kamera DSLR miliknya beberapa bulan yang lalu juga kami rasakan bersama. Saya juga masih ingat momen-momen ketika dia sedang sakit, ketika keuangannya menipis dan dia harus bertahan hidup sampai momen saat kami memulai usaha bersama. Jadi memang tidak heran kalau beberapa teman blogger sering mengira kami ini sepasang suami istri, hehehe.
Baca Juga : Cerita Ramadhan | Lima Manfaat Menjalankan Bisnis Bersama Pasangan
Baca Juga : Cerita Ramadhan | Lima Manfaat Menjalankan Bisnis Bersama Pasangan
Baik saya maupun mas Raden sudah hafal dan paham betul apa yang menjadi kesukaan dan ketidak sukaan masing-masing. Semua pengalaman kemarin sangat berharga bagi kami berdua, kalau saja kami tidak pacaran mungkin kami tidak bisa mendapat pelajaran seberguna itu. Walaupun demikian saya tidak bisa mengharuskan setiap pasangan untuk pacaran dulu sebelum menikah, semua punya hak untuk memilih selain itu semua pasti sudah tahu kurang lebihnya dan keadaan masing-masing.
Semuanya kami mulai bersama-sama, kami belajar saling menutupi kekurangan, belajar memahami satu sama lainnya, belajar mengalahkan ego dan emosi, belajar menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing terpenting adalah kami belajar untuk saling membahagiakan satu dengan yang lainnya. Karena itu juga pasca menikah kemarin tidak banyak hal yang berubah dari kehidupan kami berdua, bedanya semua yang kami lakukan sekarang Insya Allah sudah diridhoi Allah.
Ternyata Menikah Tidak Melulu Tentang Rasa Bahagia
Dari awal pertama menjalani hubungan serius dan berniat untuk menikah saya berpikir bahwa menikah itu pasti membahagiakan. Bagaimana tidak bahagia, menikahi seseorang yang kita cintai adalah kebahagiaan yang tidak ternilai rasanya, menjalani hidup berdua bersama, menggapai mimpi juga cita-cita bersama dan semua hal yang akan selalu dijalani berdua.
Sampai tiba saatnya saya harus berusaha keras mengalahkan rasa rindu saat berpisah dengan kedua orang tua untuk ikut suami tinggal bersama di rumahnya. Dari dulu saya memang tidak pernah berpisah lama dengan orang tua terutama dengan mama. Seminggu pasca kepindahan kami pun saya masih sering menangis karena dirundung rindu rumah.
Kemudian saya mulai berpikir kalau hal ini saja saya sudah lemah bagaimana saya bisa kuat menghadapi kondisi yang lebih berat lainnya?. Semua butuh proses dan saya butuh waktu untuk bisa beradaptasi. Mulai sekarang sudah tidak boleh manja-manja lagi, semua yang saya lakukan sudah memiliki resiko yang hanya kami berdua yang akan merasakan resiko tersebut.
Bagaimana pun perjalanan kehidupan kami baru saja dimulai, di depan nanti akan ada banyak ujian yang kembali harus dilewati. Semua keadaan sulit yang pernah kami lalui bersama saat masa-masa pacaran dulu sekarang sudah menjadi kenangan dan cerita. Padahal sempat saya ingin menyerah tapi setiap kali ingin menyerah mas Raden selalu mampu mengembalikan keyakinan saya.
Tidak mudah untuk menjalani suatu hal yang sudah sangat salah di dalam pandangan banyak orang. Namun takdir mengantarkan kami untuk merasakan itu semua, entah takdir pernikahan seperti apa yang kelak akan kami rasakan. Menikah memang tidak selalu tentang rasa bahagia berdua tapi juga rasa duka, rasa kecewa, rasa sulit mungkin juga rasa bosan kepada pasangan.
Akhirnya kami menikah, akhirnya semua yang kami lakukan bisa mendapat ridho dariNya dan akhirnya saya bisa memanggil mas Raden dengan sebutan suami. Masih ada banyak cerita, pengalaman dan kenangan yang akan saya tulis dalam blog pribadi ini. Semoga kami selalu diberikan kekuatan dan keistiqomahan untuk terus menjalankan ibadah ini. Jum’at 16 September 2016 nama kami berdua menguak rahasia takdir Allah.