Teman-teman, pernahkan kita sebagai istri sesekali memandang raut wajah suami yang sedang tertidur lelap? Saya sering. Ketika suami sudah tertidur lelap saya suka sekali memandang wajahnya, memperhatikan garis keriputnya kemudian menyadari kalau suami sudah tidak muda lagi. Saya pegang tangannya dan saya ciumi saat itu air mata menetes di pipi mengingat kerja kerasnya untuk bisa membuat kami bahagia dan berkecukupan.
Meskipun baru 8 bulan menikah dan hidup bersama namun saya cukup tahu betul dengan sikap dan karakter beliau. Suami bukan orang baik sempurna tapi beliau berusaha untuk selalu membahagiakan serta membantu kesulitan orang lain. Tanpa bermaksud sombong dan pamer saya selalu dibuat kagum dan terharu melihat keistiqomahan beliau saat beribadah.
Mau selelah apapun atau di waktu yang sempit beliau selalu berusaha untuk mengerjakan ibadah wajib dan sunnah. Mungkin untuk kebanyakan orang akan terasa berat untuk bisa tetap istiqomah namun berbeda dengan beliau. Memiliki suami dengan ibadah yang saya bilang baik merupakan hal yang sangat saya syukuri, tapi dibalik semua kelebihannya saya selalu ingat dengan ibu mertua, mengapa?.
Diam-Diam Pernahkah Kita Merasa Kagum Dengan Ibu Mertua?
Jujur saja ibu mertua saya bukanlah orang yang sempurna, ibu mertua sama seperti sosok ibu pada umumnya. Beliau manusia biasa yang juga bisa marah, lelah, kecewa dan bersedih. Namun dibalik itu semua diam-diam saya menyimpan rasa kagum kepada beliau. Ya, rasa kagum karena sudah bisa membesarkan keempat anaknya terutama suami saya dengan sangat baik.
Rasa kagum itulah yang membuat saya selalu bisa memahami ibu mertua, saya mulai terbiasa untuk tidak mempermasalahkan semua ketidak cocokan yang terjadi diantara kami berdua. Namanya juga manusia, tidak harus selalu sependapat dengan ibu kandung sendiri saya masih sering berseberangan. Terutama saat kami berdua berdiskusi kecil tentang mana hal yag lebih cocok untuk suami, saya lebih banyak mengalah karena saya sadar beliau yang lebih tahu hal apa yang cocok untuk putranya.
Alhamdulillah, saya diberikan sosok ibu mertua yang tidak banyak menuntut dan bisa menerima keberadaan saya di keluarga besarnya. Kalaupun ibu sedang cerewet tetang suatu hal masih dalam batas normal malahan bagi saya cerewetnya itu yang mahal. Kalau ibu mertua masih cerewet berarti beliau masih sayang dan peduli pada kami semua.
Semakin kesini beliau juga mulai terbuka dengan saya, tidak jarang juga lho kami saling curhat tentang hal-hal yang bisa dibilang cukup rahasia. Saya menikmati waktu kebersamaan kami berdua, rasanya ingin sekali bisa memeluknya sambil mengucap kata maaf kalau saya belum bisa menjadi anak menantu yang baik.
Masa Kecil Suami :D
Saya selalu bilang pada diri saya sendiri bahwa harta yang paling berharga milik kita di dunia ini adalah keberadaan orang-orang tersayang di dekat kita. Yakni kedua orang tua, kedua mertua dan suami karena merekalah saya tidak akan pernah lelah mengucap syukur kepada Tuhan. Teman-teman pasti juga merasakan hal yang sama, bukan? Mensyukuri keberadaan mereka yang kita sayangi.
Pernah dimarahi oleh ibu mertua, Cha? Pernah malahan beberapa kali. Tapi seperti yang saya bilang tadi saya menikmati setiap kata-kata yang terucap dari bibirnya. Apalagi kebiasaan ibu mertua sehabis marah selalu lupa dengan apa yang tadi diucapkan dan lekas sembuh dari rasa marahnya. Awalnya sih saya belum terbiasa tapi ingat omongan suami, “Ebok itu memang gitu kalau habis marah sering lupa dan sembuhnya cepet kok..”.
Sekali lagi ibu mertua bukanlah orang yang sempurna tapi dari rahim beliau terlahir suami yang begitu saya sayangi dan dari kedua tangannya suami saya dibesarkan dengan sangat baik. Lalu, kalau sudah begitu apalagi yang harus saya keluhkan dengan kekurangan beliau?. Biarlah, dimaklumi saja, marahnya untuk kebaikan kami semua. :D
Terima Kasih Ibu Mertua, Untuk Merelakan Anakmu!
Orang bilang kalau semua kebaikan suami kita adalah buah jerih payah ibu bapaknya saat mendidiknya. Tanpa keikhlasan ibu bapak mertua dalam mendidik suami kita maka tidak akan pernah kita memiliki suami yang baik dan bertanggung jawab. Begitu pula dengan saya, dengan besar hati ibu mertua merelakan anaknya kepada saya dan pasti itu bukan hal yang mudah.
Terima kasih sudah mendidik dan membesarkan anakmu sampai menjadi sosok suami yang begitu saya syukuri keberadaannya. Saya tahu pasti hati ibu sedih dan berat karena mulai 8 bulan yang lalu dan insya Allah selanjutnya anak yang selama ini engkau besarkan tidak lagi menggantungkan semua kebutuhannya kepadamu, Bu.
Mungkin di awal pernikahan kami ibu masih belum yakin kalau saya bisa dan akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan, mendampingi dan memenuhi semua kebutuhannya. Tapi meskipun begitu, saya tidak akan pernah mengurangi hak Ibu untuk bisa berdekatan dan memiliki putra kesayanganmu sepenuhnya.
Ebok dan Suami
Saya pun menyayangimu dan menghormatimu sama seperti ibu kandung sendiri, tidak ada beda sedikitpun. Sedih ibu sedih saya juga begitupula dengan bahagiamu, Bu. Mas Raden akan tetap menjadi anakmu sampai kapanpun, saya akan berusaha pastikan ibu tidak akan pernah merasa ditinggal atau kehilangan dia.
Karena pengorbanan ibu selama ini saya bisa mendapatkan suami terbaik, suami yang begitu menyayangi kami berdua, suami yang begitu bertanggung jawab, sosok suami yang berusaha untuk selalu mendekat kepada Tuhan. Bu, apalagi yang bisa saya sampaikan selain ucapan terima kasih yang begitu besar kepadamu.
Ebok, makasi ya Bok! Semoga Allah limpahkan selalu rahmat dan kasih sayangNya buat Ebok.
Teman-teman sudahkan berterima kasih dengan ibu mertua atau punya cerita lainnya, penasaran kepengen denger nih!. Bagaimanapun sedih dan bahagianya beliau salah satu sosok termulia yang wajib kita sayang dan hormati. Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kesabaran untuk bisa berbakti sepenuh hati kepada beliau serta menjaga putranya sebaik mungkin, hehehe. Aamiinn :)