Jangan pernah takut salah. Hal itu yang selalu suami ingatkan kepada saya. Saya yang penakut ini, yang mentalnya mungkin setipis lembaran kertas. Saya takut salah, saya takut kalau saya berbuat salah saya akan dimarahi, saya akan dibully, saya akan dicaci maki dan semua ketakutan yang ada dalam pikiran. Karena itulah saya berusaha kerasa untuk meminimalisir berbuat suatu kesalahan atau kalau bisa saya akan memilih untuk tidak berbuat apa-apa daripada saya salah.
Sungguh mengenaskan, takut salah jadinya saya takut berkembang, stagnan disitu saja. Tapi itu cuma sebatas usaha yang saya lakukan, kalau Tuhan sudah menetapkan suatu keadaan untuk saya lantas saya bisa apa?. Satu bulan ini saya full melakukan banyak kesalahan, sungguh saya tidak akan menyangka kalau bulan ini penuh dengan kecerobohan dan mungkin sedikit campur tangan Tuhan.
Rasanya tidak perlu ya saya ceritakan satu persatu kesalahan apa yang telah saya lakukan tapi satu kesalahan yang paling membuat saya tertampar itu adalah, kehamilan kedua yang harus berujung kuretase. Saya ceroboh, saya terlalu enteng sehingga tidak memperhatikan peringatan keluarga dan dokter untuk ikut KB.
Baca Juga : Kuretase dan Perasaan Bersalah
Baca Juga : Kuretase dan Perasaan Bersalah
Berbuat Salah Memang Awalnya Pahit Tapi Akhirnya Bisa Manis
Minggu malam setelah saya tahu kalau saya sedang hamil lagi merupakan puncak dari semua penyesalan saya. Pikiran yang sudah penuh, hati saya penuh dengan penyesalahn dan rasa marah yang tidak ada habisnya. Saya terus saja menangis sambil mencakar sprei tempat tidur, “Kenapa aku ceroboh? Kenapa aku bisa hamil lagi? Aku sudah jahat sama anakku sendiri..”.
Ya, kalimat itu yang terus saya ulang-ulang. Saya sudah sangat putus asa, saya stress berat, saya sudah tidak bisa berpikir jernih lagi dan yang paling mengenaskan saya benci dengan diri saya sendiri. Rasanya malam itu adalah malam terberat dalam hidup saya, berpikir bahwa ini semua hanya mimpi rasanya sudah tidak mempan lagi.
Saya jadi tahu bagaimana rasanya terkena Baby Blues, ternyata seperti ini sungguh menyiksa sekali. Sekarang semua keadaan sulit itu sudah bisa saya lewati, entah apa maksud Tuhan memberikan keadaan yang begitu sulit. Ya, berbuat salah memang awalnya akan terasa pahit tapi akhirnya pasti selalu manis.
Saya belajar banyak hal, saya punya pengalaman mahal yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun. Masa indah membesarkan Mirza dan memberikan perhatian penuh hampir saja terenggut. Saya sadar saat ini, saya memang belum siap dan sangat tidak siap jika diberikan anak kedua. Saya masih ingin berdua dengan Mirza, saya masih ingin fokus pada tumbuh kembangnya dulu.
Saya tidak mau merampas haknya, hak untuk mendapatkan ASI, hak untuk mendapat perhatian dan kasih sayang penuh dari ibunya. Biar, saya tidak peduli orang akan berkata apa. Saya memang belum siap, ini memang salah saya sehingga bisa hamil lagi, saya memang ceroboh dan tidak berpikir panjang akan dampaknya.
Semakin Menikmati dan Mensyukuri Setiap Detik Bersama Mirza
Sebelum kejadian ini terjadi saya sering kali mengeluh capek saat mengurus Mirza seorang diri, meskipun sesekali suami menawarkan bantuan. Misal saja, saya sering menyuruh suami ini itu, mengambil ini itu, menidurkan Mirza bahkan saya pernah membentak Mirza karena rewel tidak mau tidur. Sampai Mirza kaget karena saya bentak dan raut wajahnya berubah menjadi takut padahal waktu itu usianya baru sekitar 2 bulanan.
Kalau mengingat perlakuan kasar saya ke Mirza rasanya sedih sekali, bayi kecil yang hanya menggantungkan hidupnya pada ibunya harus mendapat perlakuan kasar karena ibunya yang tidak sabaran. Sekarang, saya tidak mau lagi mengulang hal bodoh seperti itu, meskipun memang tidak ada jaminan kalau tidak akan terulang lagi, ibu tetap manusia biasa.
Baca Juga : Kenapa harus Ebok?
Baca Juga : Kenapa harus Ebok?
Sekarang, semua hal sepele untuk Mirza saya lakukan sendiri, saya tidak lagi mudah mengeluh capek, saya tidak lagi mudah meminta bantuan suami atau keluarga lain. Kalau terasa capek dan Mirza sudah tidur saya gunakan waktu tersebut untuk tidur, agar saat Mirza bangun tubuh saya sudah fit lagi. Saya semakin sadar bahwa tanggung jawab sebagai seorang ibu berat sekali.
Saya semakin sering memeluknya, menciumnya, menghabiskan banyak waktu lagi bersama Mirza dan mendoakan Mirza. Saya ingin Mirza mendapatkan masa kecil yang penuh rasa bahagia, supaya Mirza bisa tumbuh menjadi pribadi yang selalu bahagia.
Baca Juga : Jalin Kedekatan Dengan Si Kecil Bentuk Ungkapan Cintaku Untuknya
Baca Juga : Jalin Kedekatan Dengan Si Kecil Bentuk Ungkapan Cintaku Untuknya
Sungguh pengalaman ini teramat mahal bagi saya, sekarang ASI saya sudah mulai deras lagi dan Mirza semakin dekat dengan saya. Bahagia teramat sangat rasanya, berawal dari kesalahan yang saya perbuat akhirnya bisa berbuah manis seperti ini. Mungkin kalau saya tidak melewati masa sulit seperti kemarin saya tidak akan pernah merasakan perasaan bahagia seperti sekarang.
Kesalahan adalah hal manusiawi yang pasti akan dilakukan setiap manusia. Selalu ada hikmah dan pelajaran dari setiap keadaan yang terjadi. Saya lebih mendewasa lagi, lebih berhati-hati, dan mungkin lebih manusiawi. Jangan pernah takut salah, karena pengalaman yang didapat pasti mahal. Terima kasih Tuhan, akhirnya saya bisa memeluk puas anak saya lagi.