Cerita Jomblo Saya dan Suami
Tulisan kali ini bermula dari perbincangan singkat saya bersama suami saat perjalanan pulang ke rumah. Waktu itu posisinya saya sedang menggendong Mirza yang sedang lelap-lelapnya tidur. Sambil melihat wajah polos Mirza saya bilang pada suami kalau tanpa terasa sekarang sudah ada anak, sudah tidak berdua lagi apalagi masih sendiri seperti dulu.
Kami bersyukur dengan keadaan sekarang yang diberikan oleh Tuhan dulu kami pernah berpikir kalau rasanya akan susah sekali bisa dalam keadaan seperti sekarang. Ya, saya dan suami adalah jomblo akut dengan sejuta drama dan cobaan. Mulai dari dicaci, diledeki, direndahkan, jadi bahan bully-an sampai ada yang bilang mungkin jodohnya sudah mati.
Baca Juga : Jangan Pernah Takut Salah
Baca Juga : Jangan Pernah Takut Salah
Pedih ya? Banget, bahkan kami sudah hafal betul dengan semua perlakuan tidak mengenakan dari orang lain bahkan dari keluarga sendiri. Malu kah? Jangan ditanya lagi, rasanya hampir setiap hari malu apalagi kalau sedang diledekin. Sakit hati? Iyalah, rasanya pengen banget membalas perlakuan mereka tapi untuk apa, lha wong memang jomblo, hehehe.
Flashback, Cerita Jomblo Kami Berdua
Sebelumnya saya mau bilang kalau tulisan ini tidak ada bully-bullyan untuk teman-teman yang lagi jomblo. Justru saya ingin tulisan ini bisa menjadi bentuk motivasi lagi buat teman-teman kalau memang benar semua akan indah pada waktunya. Klise ya? Iya, tapi mau gimana lagi kalau jadi jomblo itu dituntut banyak sabar, ya kan ya?.
Oke, jadi cerita jomblo saya lumayan penuh lika-liku dari saking pengennya punya pasangan saya sampai usaha keras. Tapi ya gitu, semakin berusaha kok sepertinya tetap tidak ada sinyal kalau sebentar lagi dapat pasangan, hehehe. Jadi dulu itu kamu usaha apa saja, Cha?. Banyak banget sampai saya sukses menurukan BB ke angka 50 kg yang sebelumnya 75 kg.
Cuma demi bisa terlihat cantik dan menarik. Kalau perempuan cantik dan penampilannya menarik pasti gampang dapat jodoh. Dulu saya mikirnya begitu, sampai saya sadar kalau penampilan yang keren itu tidak menjamin bisa membebaskan kita dari status jomblo. Ternyata banyak kok yang penampilannya keren, otak encer, uang banyak tapi (maaf) masih jomblo.
Ada yang penampilannya biasa saja, pokoknya semua serba biasa tapi jodohnya mudah. Pernah sampai putus asa? Pernah kok. Apalagi dari awal saya memang belum pernah pacaran, kalau sebatas suka sama seseorang pernah tapi ya selalu disimpan dalam hati. Dari sanalah saya berpikir kalau ada yang salah dengan pemahaman saya selama ini.
Baca Juga : Belajar Hidup Bertetangga dan Mandiri Bermasyarakat
Baca Juga : Belajar Hidup Bertetangga dan Mandiri Bermasyarakat
Suami pun tidak jauh berbeda dengan saya, dia jomblo dari awal dan belum merasakan yang namanya pacaran. Sampai-sampai ada salah seorang anggota keluarga yang ngebully, “Mungkin jodohmu sudah mati ya?..”. Kalau saya lain lagi, bahkan pernah dijodohkan dengan seorang duda karena dari saking susah mendapatkan jodoh.
Semua perlakuan buruk dan ucapan yang suka membuat hati sakit sering kami terima. Belum lagi perasaan iri saat melihat saudara atau teman yang sudah berpasangan. Ditambah lagi tuntutan dari orang tua yang terus bertanya, “Kapan punya pacar?..” atau “Ayo, cepet nikah!..”. Sering mendapat pertanyaan seperti itu kami pun kebal dan ya sudahlah pasrah saja.
Sampai saya pernah dibawa ke seorang Kiai atau Ustadz agar jodoh saya mendekat tapi tetap saja, belum ada jodohnya. Ini menurut pengalaman pribadi ya, jadi waktu itu saya putar haluan lebih fokus untuk memperbaiki diri, hati dan ibadah kepada Tuhan. Mau gimana pun usaha yang kita keluarkan untuk mendapatkan pasangan, keputusan Tuhan lah yang paling menentukan.
Kami menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing, saya menjadi karyawan di sebuah perusahaan swasta sedangkan suami bekerja di kantor pemerintahan. Menyibukkan diri ternyata cukup ampuh membuat kami tidak terlalu fokus “Mengejar jodoh”. Cuma ya itu dia, ujian beratnya adalah saat diolok-olok, atau dijodoh-jodohkan dengan seseorang.
Pasrah, tapi bukan putus asa ya, sebagai manusia kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Tuhan. Satu-satunya cara terbaik untuk bisa terus bertahan dan tegar adalah sabar karena perkara jodoh ini tidak ada yang tahu selain Tuhan. Sabar, sabar, sabar, terus menerus sabar sampai waktunya tiba untuk dipertemukan dengan jodoh terbaik.
Hingga akhirnya saya menikah di usia 24 tahun, punya Mirza usia 25 tahun. Sebenarnya masih banyak yang jangka waktu jomblonya lebih lama dan mungkin pengalamannya juga lebih banyak. Itu kenapa saya dan suami sudah berjanji pada diri masing-masing setiap kali ketemu dan ngobrol sama teman-teman yang jomblo kami berdua harus beri semangat, motivasi dan doa.
Baca Juga : Thank God I've Found You
Baca Juga : Thank God I've Found You
Bahkan kalau diberi kemampuan lebih, kami bantu semaksimal mungkin. Gimana ya, kesulitan selalu mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang lebih manusiawi. Kami sudah melewati masa-masa sulit menjomblo, berat, pahit, sakit, bosan, sedih, malu semua bercampur menjadi satu. Tidak ada pesan yang bisa saya berikan, saya tahu semua nasihat terbaik sudah sering teman-teman terima.
Cuma ada pelajaran yang saya dan suami dapatkan saat masih menjomblo dulu, kalau Tuhan ingin kami selalu berpikir positif dengan semua takdir yang diberikan. Jalan yang berliku, rasa sabar yang sudah diambang batas, tangis dan ribuan doa yang penuh dengan harapan pada Tuhan harus disertai dengan pikiran yang positif bahwa sebentar lagi masa indah itu akan tiba.
Perkara jodoh itu memang perkara semu yang tidak bisa mudah ditebak. Maunya sesuai dengan apa yang diinginkan ya, tapi apa daya tetap Tuhan yang memutuskan. Tapi bener lho, problemnya jomblo itu ya hampir sama, sering diolok-olok. Bersabar dan terus percaya kalau Tuhan pasti berikan jodoh terbaik. Percaya!.
2 komentar
Jomlo itu buka dosa nikmati saja, ada saatnya jomlo akan berakhir
BalasHapustak usah takut jomlo, yang kepo itu juga pernah mengalaminya
tidak serta merta orang punya pendamping hehe
Jadi kamu ketemu sama suami itu dimana ebook?
BalasHapus"Kamu jomblo ya? Sama..."
Gitu kali ya kata-katany...
Hahah...ngarang aja.
Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.
Terima Kasih.