Cerita Mirza di Usia 14 Bulan
Bulan ini genap 14 bulan usia Mirza tepatnya di tanggal 14 kemarin. Tidak terasa Mirza sudah besar, sudah bukan lagi bayi melainkan masuk ke fase batita. Ada banyak cerita yang ingin saya tuliskan tentang tumbuh kembang anak pertama kami. Bahagia sekaligus sedih melihat Mirza bertumbuh dengan sehat dan normal tidak kurang satu apapun.
Membesarkan Mirza tanpa bantuan orang lain dan hanya dibantu suami menjadi tantangan dan sekaligus memang kewajiban kami sebagai orangtuanya. Mulai dari dia masih bayi merah, kami harus rela jarang tidur dalam sehari, demam sehabis imunisasi, belajar tengkurap sampai belajar jalan dan bisa berlari seperti sekarang.
Saya cuma bisa bilang kalau jadi orangtua terutama ibu itu tidak mudah. Waktu Mirza sakit saya sedih sekali rasanya tidak tega, saat Mirza sedang belajar duduk sampai beljar jalan hati saya selalu deg-degan khawatir Mirza jatuh tapi nyatanya untuk bisa duduk dan berjalan seperti sekarang ini Mirza harus jatuh beberapa kali, bahkan pernah jatuh dari atas kasur.
Usia 14 Bulan Mirza Tepat di Tanggal 14
Sebenarnya tidak ada yang spesial di angka 14 kebetulan saja Mirza lahir pada tanggal 14, jadi setiap tanggal 14 saya seperti bersyukur diberikan kesempatan bersama Mirza. Selama dalam rentan waktu usia 14 bulan ini Mirza beberapa kali sakit, yang paling bikin khawatir itu saat Mirza muntah-muntah tengah malam.
Saya masih ingat betul malam itu, baru beberapa menit saya tertidur tiba-tiba Mirza yang sudah tidur dari dua jam yang lalu menangis rewel dan serba salah bahkan disusui pun dia menolak. Tidak lama kemudian Mirza muntah sampai lemas waktu itu sekitar jam 12 malam, bingung harus bagaimana sampai akhirnya Mirza bisa tertidur tapi dalam gendongan saya.
Singkat cerita setelah sekitar 3 hari sakit, Mirza kembali sehat tapi berat badannya menurun cukup banyak. Jujur saja, kejadian malam itu membuat saya dan suami trauma. Sejak itu kami tidak mau lagi lengah menjaga Mirza, karena kalau sudah terlanjur sakit sedihnya minta ampun.
Sebagai ibu meskipun cuma sebatas konsultasi pada bidan saya rutin memperhatikan perkembangan Mirza. Terutama untuk angka berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala alhamdulillah semua masih di angka normal. Mirza sebenarnya bukan anak full ASI tapi sejak usia 9 bulan Mirza sudah tidak mau lagi minum susu formula.
Lagi-lagi saya dilema karena Mirza tidak mau minum susu formula dan memang tubuhnya lebih kecil bila dibandingkan anak-anak yang minum susu. Sering saya berdebat dengan suami supaya diizinkan untuk memberikan susu kepada Mirza, tapi selalu ditolak. Katanya kalau saya masih bisa Asi kasih saja sampai Mirza bosan.
Mirza termasuk anak yang sangat aktif mulai dari bangun tidur ada saja tingkah polanya. Sampai-sampai saya dan suami harus putar otak untuk bisa mengikuti tingkah aktifnya. Meskipun terbilang aktif Mirza punya jam tidur yang rutin sejak kecil, tidur siang, tidur malam dan kadang tidur pagi selesai main dan sarapan.
Mirza pernah begadang? Selama ini belum pernah. Kalau pun harus terbangun tengah malam biasanya karena lapar, haus atau AC kamar saya matikan. Tingkah polanya yang aktif membuat Mirza mudah sekali berkeringat, kulitnya lumayan sensitif. Berkeringat sedikit saja sudah berubah kemerahan.
Sebagai orangtua jelas kami berusaha semaksimal mungkin untuk membesarkan Mirza dengan baik dan betul. Tidak ada gaya parenting khusus yang kami terapkan pada Mirza, kebanyakan teori parenting kadang membuat kami bingung. Kami belajar dari mana saja dan dari siapa saja asal masuk akal dan baik.
Nilai-nilai luhur dan nilai agama pelan-pelan kami ajarkan walaupun Mirza belum begitu paham. Tapi anak kecil adalah peniru ulung, mereka memperhatikan dan meniru kebiasaan orangtuanya. Seperti saat sedang sholat atau mengaji kami usahakan supaya Mirza melihat langsung, cium tangan orangtua (kalau ketemu orang yang sudah sepuh tapi Mirza tidak mau cium tangan kami tidak memaksanya).
Oh iya, saya ingat dulu waktu Mirza usia 7 bulan dengan penuh pertimbangan saya memutuskan untuk memberikan Mirza baby walker. Padahal yang kami tahu kalau penggunaan BW ini sudah dilarang dan bisa memperlambat bayi saat belajar berjalan. Tapi dengan berat hati kami tetap menggunakan BW untuk Mirza alasannya karena Mirza susah diam dan kami butuh waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
Ternyata betul, usia 10 bulan Mirza belum bisa merangkak, sedihnya hati saya waktu itu. Sesuai buku tumbuh kembangnya harusnya di usia 10 bulan Mirza mulai belajar berdiri dan merambat. Akhirnya saya korbankan sebagian pekerjaan untuk melatih Mirza lepas dari Bwnya sampai akhirnya dia bisa berjalan seperti sekarang.
Saya tahu kalau setiap perkembangan bayi ada batasannya, ada yang bilang tidak apa-apa kok kalau tidak merangkak ntar juga langsung berdiri. Entah kenapa hati saya kurang sreg, merangkak pun punya manfaat yang baik bagi bayi terutama menguatkan otot yang mendukung bayi berjalan.
Well, untuk yang satu ini saya pikir setiap keadaan bayi berbeda-beda ya dan sebenarnya tidak ada yang perlu dipikirkan karena ini pengalaman saya saja. Lanjut, Mirza mulai tumbuh gigi saat usia 6 bulan. Waktu itu Mirza langsung dapat dua gigi susu di bawah dan mulai lah perjuangan saya menyusui sambil merasakan luka di puting karena gigitan gigi dan gusinya.
Sekarang gigi Mirza ada delapan, sudah bisa makan apa saja. Makanan favorit Mirza adalah nasi goreng ayam, bakpau kacang dan buah apel. Mirza Mpasi dari usia 6 sampai 12 bulan selepas itu dia bebas makan apa saja. Masa-masa Mpasi terlewati dengan cukup mudah, hanya saja Mirza tidak suka bubur instan yang biasa dijual di toko itu.
Gadget. Untuk Gadget Mirza sudah kenal tapi sepertinya dia belum terlalu tertarik. Mirza banyak memilih untuk melakukan aktivitas lain, karena baru tahu berjalan dia maunya cuma jalan dan jalan. Belajar memungut daun atau batu kemudian dia lempar lalu dia ambil lagi sambil berlari.
Setiap pagi Bapaknya rutin mengajak Mirza jalan mengitari kampung dan Mirza sangat senang kalau diajak jalan pagi. Saat di rumah dan saya sedang kerja Mirza sudah bisa bermain sendiri. Main mobil-mobilan, main bola, naik sepeda roda tiganya, main apa saja asal saya atau Bapaknya berada didekatnya.
Kalau sedang main di belakang rumah Mirza suka menendang bola, berjalan sambil menarik mobil-mobilan yang sudah diikat dengan tali rafia, mengejar ayam atau bermain dengan kelinci. Kebetulan halaman belakang rumah luas sekali bebas untuk bermain. Semua aktivitas itu belum bisa membuat Mirza kelelahan padahal Ebok Bapaknya sudah capek sekali.
Memiliki anak yang aktif dan penuh dengan rasa penasaran membuat kami berdua sepakat untuk menjadi tim yang kompak dan saling memberi semangat. Harus putar otak supaya energi Mirza yang penuh ini bisa tersalurkan dengan aktivitas yang menyenangkan. Kadang kalau sudah kewalahan, kami memilih untuk tiduran dan bergurau di atas kasur bertiga.
Mau pergi kemana saja Mirza selalu kami bawa, saat saya harus menghadiri acara bloger Mirza juga ikut. Naik motor bertiga ke Surabaya, panas dan hujan bahkan pulang agak larut malam juga pernah. Alhamdulillah, suami saya sigap menjaga Mirza saat saya sedang liputan dan Mirza juga tidak rewel.
Buat kami Mirza adalah oase, penyejuk hati, pelipur lara, penguat hati kami saat ujian besar itu datang. Itu sebabnya sampai detik ini kami tidak pernah ada keinginan untuk memiliki anak lagi. Entah sampai kapan keinginan ini bertahan. Mirza seperti artinya orang baik, semoga kelak Mirza menjadi orang yang baik.
Mirza, selamat 14 bulan ya, Nak. Ebok dan Bapak sayang Mirza.
0 komentar
Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.
Terima Kasih.