Menemani dan merawat suami selama masa isolasi mandiri dengan gejala Covid-19 beberapa waktu yang lalu kami lewati dengan bermacam kondisi sulit. Salah satunya saat anak kami Mirza tiba-tiba ikut demam di hari pertama kami menjalani isolasi mandiri. Kondisi Mirza saat itu cukup mengkhawatirkan, apalagi badannya ikut-ikutan lemas.
Semua bermula saat saya sedang siap-siap untuk pulang ke rumah kami, rencananya waktu itu saya mau melihat suami yang terlebih dulu melakukan isolasi mandiri. Saat semua persiapan seperti baju dan makanan sudah selesai saya kemas, saya melihat Mirza sedang tiduran di dalam kamar.
Saya pikir Mirza sedang mengantuk, kemudian saya dekati dan mengejutkan badannya hangat serta wajahnya sedikit pucat. Panik, saya langsung chat suami dan bilang kalau Mirza tiba-tiba deman serta badannya lemas. Saat itu juga suami menyuruh kami berdua untuk segera menyusul dan menjalani isolasi madiri mengingat ibu bapak saya yang memilki penyakit bawaan sehingga rawan apabila berada satu ruangan dengan orang sakit karena imun mereka yang rendah.
Awalnya Mirza menolak saat saya ajak untuk segera bangun, saya tawari untuk menggendongnya tapi tetap dia tidak mau. Terpaksa saya minta bantuan suami untuk membujuk Mirza melalui video call dan setelah dibujuk dia mau bangun dan kami pun langsung berangkat ke rumah diantar bapak menggunakan sepeda motor.
Dua Malam Merawat Mirza Demam
Setibanya di rumah saya langsung menaruh barang bawaan dan menanyakan kabar suami, saat itulah suami bilang kalau dia sudah tidak bisa mencium bau dan merasakan rasa di lidahnya. Kaget, takut, sedih dan bingung yang saya rasakan mendengar kondisinya saat itu. Pikiran saya seketika melangkah jauh, membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.
Namun, suami terus mencoba untuk menenangkan saya bahwa semua akan baik-baik saja. Setelah saya mulai lebih tenang, saya memberanikan diri untuk menelfon ibu dan memberi kabar kalau kami terpaksa harus isolasi mandiri beberapa hari. Seketika ibu dan bapak kaget mendengar kabar tersebut, ibu yang tidak tahan akhirnya menangis juga.
Singkat cerita, sore harinya ternyata tubuh Mirza sudah tidak hangat lagi jadi saya bawa dia untuk mandi seperti biasa. Setelah mandi saya ajak Mirza makan kemudian dilanjut menonton televisi sambil memakan camilan yang sudah saya sediakan di dekatnya, akhirnya saya bisa sedikit lebih tenang karena Mirza sudah sembuh.
Tapi ternyata malam harinya saat menjelang tidur tiba-tiba tubuhnya kembali hangat bahkan panas. Langsung saya beri Ibuprofen yang biasa saya gunakan saat Mirza sedang demam. Setelah minum obat meskipun mulai sedikit rewel akhirnya Mirza tertidur, dan ternyata semalaman Mirza semakin rewel, suhu tubuhnya naik turun.
Waktu itu saya lupa membawa kain selendang untuk mengendong Mirza, jadi terpaksa saya gendong dengan tangan. Malam itu saya benar-benar sendirian menjaga Mirza yang sedang sakit, biasanya saya bergantian dengan suami tapi mau tidak mau kali ini saya lakukan sendiri karena suami hanya bisa memantau kami berdua dari dalam kamarnya.
Keesokan paginya tubuhnya masih hangat, wajahnya juga terlihat lesu dan lemah. Tapi saya agak tenang karena meskipun sedang sakit Mirza masih tetap mau makan dan minum. Setelah sarapan, kembali saya berikan obat penurun panasnya setelah itu saya bilang ke Mirza kalau saya mau lihat bapaknya dulu.
Setelah mengecek keadaan suami, saya lanjut untuk membersihkan rumah sambil sesekali melihat Mirza yang sedang tiduran di kasur di depan televisi. Secara rutin saya cek suhu tubuhnya, tapi ternyata panasnya cuma berkurang sedikit. Kalau sudah mulai bosan tiduran, Mirza mulai menangis minta digendong.
Beruntung paginya bapak mengirim beberapa selimut dan kain selendang Mirza. Saya lega karena bisa menggendong Mirza dengan kain selendang, rasanya tangan saya sudah tidak sanggup menggendong Mirza yang berat badannya sudah diangka 17 kg tersebut. Saya gendong Mirza saya ajak ke teras rumah untuk mendapat angin segar, tidak lama Mirza kembali tertidur.
10 menit saya gendong, kembali saya tidurkan lagi dia di kasur. Namanya juga lagi demam jadi tidurnya tidak pernah bisa lama, tidur sebentar kemudian bangun lagi begitu terus sampai hari kembali malam. Menjelang tidur malam saya berikan obatnya lagi dengan harapan bisa meredakan panasnya saat tidur malam nanti.
Namun ternyata di malam kedua panasnya masih naik turun, saya kompres bagian kepalanya dengan air hangat sambil saya gendong. Saat dikompres Mirza terlihat tidak gelisah lagi sampai akhirnya dia kembali tidur. Selama demam saya terus tawarkan dia untuk minum air putih supaya tenggorokannya tidak kering, saya khawatir radang tenggorokannya kambuh lagi.
Pagipun datang, seperti biasa kiriman makanan sudah datang untuk kami bertiga. Tubuh Mirza masih panas dan pagi itu Mirza mulai susah makan tapi masih mau minum air putih. Karena sudah dua hari panas, saya telfon tante untuk membuatkan Mirza perasan air kunyit, biasanya selain minum obat saya berikan perasan air kunyit ini supaya demamnya bisa turun.
Drama Air Kunyit yang Lupa Diberi Madu, Rewel Banget!
Sekitar pukul 10 pagi om datang membawa air kunyit, setelah diletakkan di depan teras om segera kembali pulang. Kemudian saya ambil perasan air kunyit tadi yang dibungkus dengan plastik, saya pindahkan ke cangkir kecil dan mengambi sendok. Saya dekati Mirza dan bilang kalau dia harus minum kunyit.
Mirza tahu kalau itu jamu dan rasanya memang tidak enak, dia menolak sambil menangis tapi saya agak memaksanya supaya mau minum. Kira-kira ada 4 sendok malan air kunyit masuk ke dalam mulutnya meskipun sambil menangis. Setelah minum air kunyit saya beri dia minum air putih supaya menetralkan rasa di lidahnya.
Biasanya setelah minum air putih Mirza langsung kembali tenang namun waktu itu Mirza masih saja menangis dan merengek kalau di mulutnya masih ada jamu. Saya beri roti tapi dia menolak, kemudian saya beri sedikit gula akhirnya dia bisa diam tapi lagi-lagi efeknya cuma sebentar. Mirza kembali merengek kalau mulutnya tidak enak, kembali saya beri gula pasir seketika Mirza bisa diam.
Kali ini antengnya bisa lebih agak lama meskipun kembali merengek lagi dan terulang lagi sampai sore. Bahkan waktu itu saya sampai tidak bisa fokus menulis padahal sudah ada deadline yang menunggu malam itu. Sayapun mulai curiga apa jangan-jangan perasan air kunyit tadi tidak diberi madu, ya?
Langsung saya kirim pesan ke tante untuk menanyakan apakah sudah memberi madu di perasan air kunyitnya? Ternyata ada sedikit kesalahpahaman, tante hanya membuat perasan air kunyit tanpa tambahan apapun dan madunya biar saya yang tambahkan di rumah. Awalnya saya pikir sudah dikasih madu pantas saja Mirza merengek terus dari siang sampai sore. Padahal biasanya setiap kali minum air kunyit dia biasa-biasa saja.
Ajaib, saat malam hari panas Mirza turun drastis hanya tersisa sedikit hangat di bagian kepalanya. Alhamdulillah, Mirza bisa tidur nyenyak tanpa rewel, dan saya bisa tidur tenang. Perasan air kunyit memang ampuh meredakan demam pada anak, dari yang saya baca di artikel kesehatan kunyit mengandung antioksidan dan antivirus.
Ajaib, saat malam hari panas Mirza turun drastis hanya tersisa sedikit hangat di bagian kepalanya. Alhamdulillah, Mirza bisa tidur nyenyak tanpa rewel, dan saya bisa tidur tenang. Perasan air kunyit memang ampuh meredakan demam pada anak, dari yang saya baca di artikel kesehatan kunyit mengandung antioksidan dan antivirus.
Meramu Air Kunyit untuk Turunkan Demam Anak
Cara membuat air kunyit ini juga mudah, kupas kulit kunyit kemudain cuci bersih menggunakan air. Biasanya kulit yang sudah dicuci saya blender sampai halus, setelah halus saya peras dengan menambahkanpotongan sedikit air. Perasan air kunyit ini saya pindahkan ke dalam cangkir lalu saya tambahkan gula merah atau madu.
Kalau Mirza sedang demam saya berikan sehari dua kali, pagi dan sore. Biasanya keesokan harinya demam di tubuhnya langsung turun, dan lama-kelamaan Mirza kembali sehat dan aktif seperti sedia kala. Saya juga memberikan dia air kunyit saat cuaca sedang terik dan masuk musim panas untuk jaga-jaga kalau radang tenggorokannya kambuh.
Meskipun air kunyit ini merupakan obat tradisional tapi kami sekeluarga cocok. Nah, itulah tadi pengalaman saya merawat Mirza yang sedang demam saat kami menjalani isolasi mandiri. Beruntung sekali demamnya cuma tiga hari saja mungkin karena antibodinya cepat terbentuk Mirza bisa kembali sehat.
Setelah sehat Mirza diajak bapaknya melakukan banyak aktivitas seperti lari-lari di halaman depan, ikut bersih-bersih rumah sampai ikut mencabut rumput. Jadi, bukan hanya minum obat, minum jamu dan banyak makan tapi tubuh anak juga perlu untuk digerakkan agar tetap sehat apalagi fitrah anak kecil memang bermain dan bergerak lincah.
Setelah sehat Mirza diajak bapaknya melakukan banyak aktivitas seperti lari-lari di halaman depan, ikut bersih-bersih rumah sampai ikut mencabut rumput. Jadi, bukan hanya minum obat, minum jamu dan banyak makan tapi tubuh anak juga perlu untuk digerakkan agar tetap sehat apalagi fitrah anak kecil memang bermain dan bergerak lincah.