Benar kata orang kalau menikah adalah awal dari sebuah perjalanan. Apakah nantinya perjalanan yang dilalui penuh suka atau ternyata lebih banyak dukanya. 23 tahun menjalani rumah tangga tidak memberi jaminan kalau kita sudah menikah dengan orang yang tepat. Mungkin ini yang dirasakan oleh Kartika Soeminar, pengusaha asal Bali.
23 tahun bersama ternyata banyak luka yang didapat oleh ibu satu orang putri ini. Dalam kegiatan KEB Intimate beliau menceritakan pengalaman berumah tangganya bersama laki-laki penyandang NPD (Narcissistic Personality Disorder). Bersama Kumpulan Emak Blogger (KEB) beliau bersemangat sekali melakukan kampanye yang menyuarakan keresahan tentang gangguan mental.
Beruntung sekali saya mendapat kesempatan langsung untuk mendengarkan cerita kelam beliau yang 23 tahun hidup bersama orang NPD. Seperti yang kita tahu akhir-akhir ini pembahasan tentang NPD mencuat di jagat maya, terkejut saat saya mengetahui kalau NPD ini penyakit mental yang tidak ada obatnya alias tidak bisa sembuh.
23 Tahun Hidup Bersama Pasangan NPD
Di awal kegiatan ini dimulai saya bersama peserta yang lain diajak untuk menonton sebuah teaser tentang perjalanan kehidupan seorang Kartika Soeminar. Video teaser berdurasi singkat yang menceritakan rumah tangganya sampai akhirnya beliau berani untuk bangkit dari keterpurukan dan berubah menjadi wanita yang jauh lebih kuat.
Siapa yang menyangka jika dibalik pembawaannya yang ramah dan tenang ternyata tersimpan duka dan pergulatan batin yang hebat yang sudah ia lewati selama puluhan tahun. Hingga akhirnya di tahun 2022 depresi kronis akibat mendapatkan perlakuan abusive dari mantan suami, beliau dapatkan.
Memang selama berumah tangga ia tidak mendapatkan KDRT namun jauh dari itu, hidup bersama orang NPD membuatnya mendapatkan berbagai tindakan negatif. Mulai dari perilaku manipulatif, playing victim (dianggap sebagai biang keburukan), hidup di bawah superioritas, dan harus selalu memuji apa yang dilakukan orang tersebut.
Puluhan tahun hidup dalam keputusasaan, hancur, hilang rasa kepercayaan pada diri dan dipaksa harus menerima bahwa ini semua adalah takdir hidup yang harus ia jalani. Mengapa begitu lama bertahan dalam rumah tangga seperti itu? Menurutnya bukan hal yang mudah dan singkat untuk bisa menyadari jika selama ini ia hidup bersama orang NPD.
Bisa dibayangkan bagaimana perjuangannya mendapat tekanan dengan mendapat perlakuan negatif yang diberikan kepadanya waktu itu. Sampai akhirnya ia mulai menyelamatkan dirinya dengan mencari informasi melalui buku dan mendapatkan informasi mengenai NPD dari seorang psikolog yang kebetulan adalah teman dekatnya.
Setelah lepas dari segala kesulitan dan kekelaman yang begitu memporak-porandakan kehidupannya, kini ia sudah bebas dan bangkit untuk menata ulang hidupnya bersama anaknya. Kartika juga berjuang supaya sifat dan karakter buruk yang didapatkan dari mantan suami tidak menurun kepada anaknya.
Menurutnya pola asuh yang tepat dan bagaimana cara orang tua mendidik anak bisa melindungi anak kita dari perilaku NPD. Ia pun mulai berkumpul dengan teman-teman yang membawa hal positif, rajin melakukan meditasi untuk menenangkan diri, berolahraga dan mulai menulis jurnal harian #KartikaSoeminarStory.
Keinginan kuatnya agar orang lain tidak mengalami hal yang sama, menjadi landasan kuatnya untuk melakukan kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken di berbagai kota besar di Indonesia. Selain itu, ia ingin mengedukasi pada masyarakat soal penyakit NPD #NPDAwareness yang masih awam dan seringkali tidak disadari di khalayak umum.
Dalam waktu dekat, sekitar Oktober atau November, ia akan merilis sebuah buku yang mengisahkan perjuangannya hidup bersama orang NPD selama 23 tahun. Dan ia berniat untuk membuat roadshownya tidak lagi intimate atau terbatas namun bisa dihadiri lebih banyak lagi orang dari berbagai kalangan.
Mengenal NPD dan Bagaimana Menghadapi Orang NPD
Memiliki level #Narcisstic yang berlebihan merupakan ciri dari seorang penyandang NPD. Bukan hanya itu, fakta yang cukup mencengangkan adalah pelaku NPD tidak akan pernah menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit mental tersebut, seperti yang dijelaskan oleh Psikolog, Dra. Probowatie Tjondroenegoro, M.Si.
Ya, sampai kapanpun seorang NPD tidak akan pernah sadar begitu menyeramkannya perilaku mereka kepada orang terdekat. Mengapa hanya kepada orang terdekat dan yang memiliki ikatan emosi seperti suami istri? Karena NPD menganggap orang terdekat merupakan “Mangsanya”.
Sederhananya, pengidap NPD itu akan berperilaku baik pada orang lain namun akan berubah menjadi kejam dengan orang terdekatnya. Sehingga kerap kali #NPDSurvivor dianggap tidak baik, dianggap keliru oleh lingkungannya padahal jelas ia adalah korban dari orang NPD. Lalu, apa saja ciri-ciri pelaku NPD ini?
Menurut Ibu Probo, ciri-ciri pengidap NPD adalah suka memuji dirinya berlebihan dan mementingkan dirinya sendiri. Haus perhatian dan menganggap dirinya lebih tinggi sehingga perlu perlakukan khusus. NPD bisa disebabkan karena salah asuh, lingkungan masa kecil yang selalu mendapatkan pujian, merasa tidak pernah salah dengan berbagai cara, serta selalu dikagumi.
Meskipun begitu sebagai orang awam seperti kita tidak bisa menilai apakah seseorang mengalami NPD atau tidak. NPD bisa dideteksi dengan cara berkonsultasi kepada psikolog, tentu bukan penyandang NPDnya yang berkonsultasi namun orang-orang terdekatnya. Karena memang NPD tidak pernah merasa kalau ia berpenyakit mental.
Kita tidak boleh terburu-buru memberikan stempel atau melakukan self diagnosis atau diagnosa mandiri bahwa seseorang adalah NPD. Sebab, untuk memberikannya butuh proses observasi yang tidak sebentar. Bukan berarti juga jika kita ketemu orang yang narsis semisal suka foto selfie itu pengidap NPD, ya.
Menurut Ibu Probo, ada beberapa ciri narsis yang sehat, bukan narsisnya orang NPD, yakni:
- Harus menunjukkan kepedulian sosial dan empati interpersonal
- Minat yang tulus terhadap gagasan dan perasaan orang lain
- Kemauan untuk menyadari peran pribadi mereka Ketika masalah terjadi
Sedangkan, pengidap NPD seringkali memuji dirinya secara berlebihan. Mereka juga cenderung krisis empati terhadap lingkungan sekitar karena pola asuh sejak kecil. Bukan hanya karena salah pola asuh, NPD bisa diturunkan dari faktor genetik seperti kelainan di dalam otak sehingga membuat seseorang menjadi pengidap NPD.
Untuk bisa mendekati orang NPD adalah dengan melakukan pendekatan humanis. Pendekatan yang lebih intimasi dan santun dalam hubungan interpersonal. Misalnya ketika orang NPD mulai kurang empati dan meninggi, maka bisa dialihkan pembicaraannya ke hal-hal yang lebih positif.
Intinya, cara menghadapi orang NPD adalah dicuekin, jangan biarkan dia terus menerus memberikan perlakuan negative kepada kita, Karena menurut Ibu Probo, otak manusia sesungguhnya tidak bisa menerima energi negatif. Nah, daripada kita membuang waktu dan tenaga hanya menerima energi negatif dari si NPD, lebih baik jangan dihiraukan #BreakTheSilence
5 Tips Menghadapi Pelaku NPD
Masih jarang sekali orang yang bisa dan mau terlepas dari jeratan abusive pelaku NPD, banyak faktor yang mendasari. Biasanya jika pelaku NPD adalah suami sendiri, kebanyakan istri “Mengalah” dan bertahan. Dalam kesempatan yang sama, Ibu Probo juga memberikan 5 tips bagaimana menghadapi dan hidup bersama pelaku NPD.
1. Terapkan Batasan
Menerapkan batasan dengan memperkuat diri sendiri untuk tidak terlalu memperhatikan perlakuan pengidap NPD. Memilih untuk bersikap apatis atau cuek, mengurangi interaksi dan komunikasi terhadap mereka merupakan cara efektif untuk menjaga kesehatan mental kita hidup berdampingan dengan pelaku NPD.
2. Afirmasi Positif
Melakukan afirmasi positif untuk diri sendiri, dengan mengucapkan kata-kata yang bisa menguatkan mental seperti “Saya semakin kuat, saya bisa menghadapi semua..”. Memang terdengar sederhana, tetapi kalimat ini memiliki kekuatan untuk mengubah hidup. Afirmasi positif bisa menjaga otak kita yang notabenenya tidak bisa menerima energi negatif.
3. Journaling
Melakukan journaling atau kegiatan menulis yang sederhana saja salah satunya melalui terapi kertas. Caranya dengan mengambil secarik kertas yang tidak terpakai, ambil spidol lalu tulis dan gambar luapan isi hati dan emosi korban terhadap orang NPD. Selanjutnya robeklah buntalan kertas tersebut dan buang. Terapi ini dianggap efektif untuk meluapkan rasa kesal terhadap pengidap NPD.
4. Pendekatan Spiritual
Melakukan pendekatan spiritual dengan meningkatkan ibadah dan memohon diberikan kekuatan mental dan kesehatan jasmani serta rohani dalam menghadapi orang NPD.
5. Konsultasi Dengan Ahli
Memutuskan untuk melakukan konsultasi dengan ahli terkait kondisi kesehatan mental sekaligus mencari tahu tentang cara menghadapi orang NPD kepada ahli jiwa merupakan langkah yang tepat sekali. Kita sangat perlu bantuan orang medis untuk bisa menghadapi pelaku NPD, supaya tetap waras.
Peserta mengikuti terapi 5 jari Source : Tim Cognito |
Di akhir acara, Ibu Probo mengajarkan pada para peserta yang hadir bagaimana cara mengelola stress dengan cara sederhana yakni melakukan Terapi 5 Jari. Terapi 5 Jari merupakan salah satu terapi generalis keperawatan yang bisa dicoba untuk mendapatkan efek relaksasi yang tinggi. Caranya bagaimana?
- Atur posisi senyaman mungkin, bisa sambil berbaring atau kalau tidak memungkinkan bisa duduk dengan nyaman.
- Mulai pejamkan mata secara perlahan dan tarik nafas, lalu hembuskan nafas perlahan-lahan dan ulangi sebanyak 3 kali.
- Tautkan ibu jari pada jari telunjuk sambil membayangkan tubuh kamu begitu sehat.
- Tautkan ibu jari pada jari tengah sambil membayangkan orang yang kamu sayangi.
- Tautkan ibu jari pada jari manis dan bayangkan ketika kamu mendapat penghargaan atau mencapai suatu kesuksesan.
- Tautkan ibu jari pada jari kelingking dan bayangkan saat berada di tempat yang paling menyenangkan.
- Tarik nafas, hembuskan perlahan dan ulangi sampai tiga kali kemudian buka mata perlahan-lahan.
Praktek Terapi 5 Jari menjadi penutup acara yang begitu hangat dan dekat. Beberapa peserta berhasil terhipnotis sampai sesegukan menangis meluapkan semua energi negatif yang terlalu lama ditampung di dalam hati. Jangan pernah menampung energi negatif di dalam diri karena itu akan merugikan diri kita sendiri.
Perlakuan abusive dalam sebuah hubungan dengan terus-terusan memberikan energi negatif baik melalui perlakuan maupun perkataan yang didapatkan dari orang NPD harus bisa kita tepis. Kita harus lebih sayang pada diri kita, harus berani melindungi diri kita dan orang-orang yang kita sayangi dari pelaku NPD.
Perjalanan Kartika Soeminar hidup bersama orang NPD, membuka mata kita dan khalayak umum bahwa orang NPD sangat enggan mengubah perilaku mereka, bahkan ketika hal itu menyebabkan masalah bagi mereka. Mereka tidak akan pernah mau disalahkan. Merekalah si penyebab masalah yang tidak mau dianggap penyebab masalah.