Joko Sulistyo Penyulap Air Tanah Kapur

by - Senin, Oktober 28, 2024

Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia untuk hidup di bumi, tanpa adanya air rasanya mustahil kita bisa hidup. Sedangkan di dalam tubuh kita saja 70% tersisi air, lalu bagaimana jadinya apabila air tidak ada di saat musim kemarau melanda? Atau kesulitan mendapatkan air akibat tempat yang ditinggali air sulit dialiri air?

Saat musim kemarau melanda menyebabkan timbulnya kekeringan dimana-mana, hal tersebut tentu saja memberi dampak pada cadangan air tanah yang akan habis akibat proses penguapan yang terjadi secara terus menerus, belum lagi penggunaan air oleh manusia akan membuat stok air bersih yang bisa digunakan habis.

Lagi-lagi, karena kekeringan menyebabkan timbulnya masalah lain. Tidak ada air bisa mengakibatkan perekonomian terganggu, padi-padi yang ditanam di sawah banyak gagal panen karena kurangnya pasokan air. Masyarakat butuh air untuk kehidupan sehari-hari, mulai dari mandi, memasak, mencuci baju, dan lain sebagainya.

Menyulap Air Tanah Kapur untuk Daerah Kekeringan


Bagaimana rasanya jika tidak bisa mandi setiap hari karena kekurangan air? Itu salah satu hal yang dirasakan oleh 544 kepala keluarga atau 2.350 jiwa di desa Pucung, kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Padahal normalnya di Indonesia, mandi sehari dua kali apalagi kalau cuaca lagi panas-panasnya bisa lebih dari dua kali sehari karena tubuh berkeringat.

Fyi, Kabupaten Gunung Kidul secara geografi termasuk dalam kawasan karst (pegunungan kapur) Gunung Sewu, sehingga identik dengan lingkungan yang kering dan gersang di mana kondisi tanah banyak mengalami rekahan. Masyarakat wilayah Kabupaten Gunungkidul dan sekitarnya seperti Wonogiri, air untuk kebutuhan domestik berasal dari air tanah dan air hujan.

Joko Sulistyo adalah salah satu anggota pencinta alam KMP Giri Bahama, Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Solo yang membantu warga Desa Pucung, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah yang kesulitan air bersih. Dengan memanfaatkan kawasan karst yang memiliki potensi sumber air tanah yang sangat melimpah.

Air tanah tersebut terkonsentrasi pada retakan dan sungai-sungai bawah tanah yang ada di gua ataupun jauh di bawah tanah. Salah satu keunggulan dari mata air karst adalah waktu tunda yang panjang antara hujan hingga keluar ke mata air sehingga beberapa mata air karst akan memiliki debit yang cukup besar saat musim kemarau.

Banyaknya gua yang berada di daerah Gunung Kidul diketahui memiliki potensi sumber air di dalamnya atau sungai bawah tanah warga bisa mengakses sumber mata air ini. Ada 13 gua yang berhasil dijelajah oleh Joko dan di Gua Suruh ia berhasil menemukan mata air yang airnya bisa diangkat ke atas.

Namun karena lokasi airnya di bawah permukaan dan Gua Suruh tersebut merupakan jenis gua vertikal yang curam, maka Joko dan warga desa juga kebingungan untuk mengalirkan air tersebut ke permukaan. Lewat proposal pengajuan bantuan dan penggalian informasi tentang pengangkatan air sungai bawah tanah di berbagai literatur, Joko tidak pantang menyerah menyampaikan gagasannya tersebut dan berupaya mewujudkannya.

Joko menyelidiki potensi gua karst, termasuk mengidentifikasi keberadaan air di gua tersebut, apakah berbentuk kolam, sungai bawah tanah, atau aliran saat musim hujan. Usaha Joko Sulistyo untuk membantu warga Desa Pucung tidak berjalan mulus. Baru sepuluh tahun kemudian, setelah ia dan kawan-kawannya menyampaikan penemuannya.

Gagasan tersebut didanai dengan dana alokasi khusus Desa Pucung dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Bekerja sama dengan para warga desa dan rekan sejawatnya, Joko kemudian membuat bendungan di dalam gua, memasang pompa, dan pipa. Proses tersebut memakan waktu lama, perlu ketekunan dan kesabaran.



HIngga pada akhirnya di tahun 2013 air berhasil diangkat ke permukaan dan para warga Desa Pucung kemudian bisa mengonsumsi air dari Gua Suruh. Joko Sulistyo berhasil menyebarkan wawasan tentang pentingnya menjaga karst dan menjaga ketersediaan air, serta menjaga ekosistem yang ada di gua tersebut.

Sehingga tidak rusak, karena semuanya berkaitan. Ia masih sering menengok untuk melihat kondisi pipa dan tower air tersebut. Upayanya ini menumbuhkan keseriusan pemerintah untuk membuat pemetaan sungai bawah tanah. Apabila air di sungai bawah tanah di daerah karst bisa diangkat, maka persoalan kekeringan di daerah Pegunungan Sewu dan daerah karst lainnya akan bisa teratasi.

Kerja Keras Joko Sulistyo Diapresiasi Satu Indonesia Awards


Belasan tahun lamanya Joko Sulistyo bekerja keras untuk bisa membantu warga desa Pucung, kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah mendapatkan apresiasi dari Satu Indonesia Awards di bidang Lingkungan pada tahun 2013 lalu. Joko menjadi salah satu pemuda-pemudi inspiratif yang memiliki semangat yang sejalan dengan PT Astra International Tbk.

Berkarya dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar serta membawa semangat perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. Semoga ke depan semakin banyak lagi sosok seperti Joko Sulistyo yang rela mengorbankan waktu dan tenaga selama belasan tahun untuk kepentingan masyarakat banyak.

You May Also Like

0 komentar

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.