Ciptakan Inovasi Baru Bantu Peternak Sapi Perah
Di sebuah desa di Lereng Gunung Raung, Kabupaten Banyuwangi mayoritas penduduknya berprofesi sebagai peternak sapi perah. Dari hasil perah tersebut roda perekonomian penduduk pun berputar. Namun sayangnya, banyak sekali peternak yang belum sejahtera hidupnya akibat terkendala susu sapi yang mudah basi.
Tanpa pengawetan, susu sapi usai diperah hanya mampu bertahan 5 jam saja sedangkan dengan pasteurisasi, ketahanan susu meningkat sampai 2 hari. Belum lagi masih minimnya pemanfaatan teknologi membuat para peternak harus rela produksi susu sapinya dijual dengan harga yang sangat murah.
Saat itu, satu liter susu perah hanya dibanderol sekitar Rp 4.000 - Rp 5.000 saja bila dijual ke Koperasi Unit Desa (KUD) ataupun perusahaan. Para peternak sapi perah ini juga masih harus bersabar menunggu pembayaran yang terkadang sampai seminggu setelah penyetoran susu.
Sejahterakan Peternak Sapi Perah Dengan Alat Kejut Listrik
Melihat kondisi yang begitu memprihatinkan tersebut Hadi Apriliawan yang merupakan salah satu pemuda asli desa tersebut memiliki ide untuk menciptakan sebuah inovasi baru demi bisa mensejahterakan kehidupan para peternak sapi perah. Ia berhasil menciptakan alat kejut listrik tegangan tinggi (50.000 volt) yang mampu mengawetkan susu hingga 7 hari.
Perjalanan dimulai, saat itu Hadi yang masih mengenyam pendidikan sebagai mahasiswa di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, berkesempatan untuk mengikuti Program Kreatif Mahasiswa (PKM). Bukan proses yang mudah, ia harus membaca puluhan jurnal penelitian sebagai referensi hingga bolak-balik berkonsultasi dengan dosen.
Hal tersebut ia lakukan untuk menemukan teknologi mesin yang pas. Sampai akhirnya, ia menemukan sebuah buletin dari Jepang tentang sushi. Dalam buletin tersebut, ternyata daging ikan sebagai bahan utama sushi disimpan dengan teknologi pasteurisasi kejut listrik bertegangan tinggi agar tidak mudah busuk.
Menurut Hadi, bila daging saja bisa diawetkan dengan pasteurisasi, susu yang sama-sama bersifat konduktor atau penghantar listrik harusnya juga bisa. Teknik kejut listrik untuk pengawetan produk makanan sebenarnya sudah populer dan banyak diterapkan di Jepang, terutama untuk mengawetkan ikan segar.
Sebab, warga Jepang terkenal sebagai konsumen ikan segar terbesar di dunia. Teknik pengawetan ikan segar dengan kejut listrik tegangan tinggi sangat diminati. Itu karena kualitas produk makanan relatif tetap, tanpa bahan tambahan, dan memiliki daya tahan cukup lama.
Hadi pun mempelajari teknologi kejut listrik tegangan tinggi untuk diterapkan pada pengawetan susu sapi sehabis diperah. ercobaan demi percobaan yang dilakukan sejak tahun 2007 itu pun akhirnya membuahkan sebuah prototype alat pasteurisasi plasma keju listrik.
Lalu, alat itu diberi nama Latte Electricity atau dikenal pula dengan julukan Susu Listrik (Sulis). Sebagai sebuah alat percontohan, saat itu Sulis hanya mampu menampung 5 liter susu sapi. Itu pun baru mampu memperpanjang masa simpan susu hingga seminggu. Inovasi pun terus disempurnakan hingga akhirnya Hadi berhasil menciptakan dua jenis mesin Sulis.
Kedua jenis mesin ini berkapasitas 20 liter dan 1,2 ton dengan tegangan 50kV-100kV melalui CV Inovasiana Anak Negeri. Selain kapasitas yang besar, keunggulan mesin pasteurisasi plasma listrik ciptaan Hadi juga memungkinkan 98 persen bakteri jahat pada susu perah terbunuh, tanpa merusak nutrisinya.
Selain itu, bisa memangkas waktu produksi sehingga bisa lebih cepat. Untuk kapasitas 5 liter hanya dibutuhkan waktu 5 menit sedangkan untuk kapasitas 100 liter hanya diperlukan waktu sekitar 15 menit.
Berbeda dengan mesin pasteurisasi termal yang menggunakan panas yang kerap membuat nutrisi di dalam susu berkurang. Kehadiran alat ini membawa harapan baru bagi peternak. Pasalnya, dengan metode kejut listrik hasil susu perah bisa bertahan lebih lama serta kandungan protein dan gizi dalam susu segar hasil perahan peternak tetap terjaga.
Setelah dirasa telah berhasil, ia pun kembali ke desanya untuk memperkenalkan inovasi Susu Listrik yang akhirnya membawa perubahan bagi kesejahteraan peternak sapi Banyuwangi dan sekitarnya. Bahkan berkat inovasi tersebut, banyak peternak yang dulu hanya bergantung pada KUD dan perusahaan, beralih menjual susu pasteurisasi dalam kemasan.
Alat ini telah teruji melalui Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Unibraw yang berstandar nasional. Tidak berhenti disitu saja, pada 2013 Hadi merintis PT MaxZer Solusi Steril dengan alat-alat serta fasilitas uji laboratorium yang lebih lengkap dan modern.
Hadi Apriliawan Terima Penghargaan Satu Indonesia Awards
Inovasi bisa datang dari mana saja. Bahkan, tidak jarang pula ide cemerlang justru muncul saat tengah berhadapan dengan masalah yang ada di lingkungan kita. Inovasinya dalam mengembangkan mesin pasteurisasi Sulis ini juga mengantarkan Hadi sebagai penerima apresiasi Satu Indonesia Awards tahun 2015 di bidang teknologi.
Kita berharap muncul sosok Hadi lain, perekayasa yang membuat inovasi berdasarkan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, teknologi yang diciptakan tidak berhenti sebatas prototipe atau tulisan laporan saja. Namun, kita mampu menciptakan inovasi yang bisa membantu orang-orang sekitar.
0 komentar
Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.
Terima Kasih.